Mohon tunggu...
Fajar Setiawan Roekminto
Fajar Setiawan Roekminto Mohon Tunggu... profesional -

Konsultan "Republik Tikus"

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kendala Penerjemahan Istilah Teknologi Informasi (TI) ke dalam Bahasa Indonesia

2 Februari 2014   14:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:14 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sebagai seorang pengajar bahasa saya sering “diprotes” banyak orang, alasannya karena mengapa para praktisi bahasa tidak bergiat dalam menerjemahkan istilah-istilah TI ke dalam bahasa Indonesia, termasuk saya. Saya hanya mengernyitkan dahi, sejatinya sudah banyak istilah-istilah TI dalam bahasa Indonesia, misalnya mengunduh (download), mengunggah (upload) dan seterusnya. Celakanya justru istilah dalam bahasa Indonesia tersebut terdengar lucu dan aneh. Apakah hal ini karena masyarakat kita belum terbiasa, atau karena memang ada kendala-kendala lain dalam proses penerjemahan tersebut?

Tidak ada yang mampu membayangkan, setidaknya dua atau tiga dasa warsa yang lalu kalau untuk mengumpulkan teman-teman lama atau mereka yang selama ini dicari, tidak perlu menghabiskan dana dan tenaga yang sangat besar. Meskipun tidak selalu berhasil, upaya untuk merealisasikan mimpi tersebut cukup dengan menjadi anggota situs jejaring sosial semacam Friendster, MySpace, Facebok, Twitter, Hi5, Yuwie atau situs jejaring sosial asli produk Indonesia seperti füpei, kenalanyuk maupun kombes. Pada suatu kesempatan ketika membuka situs itu, sering kali tanpa diduga tiba – tiba telah ada seseorang yang meminta untuk menjadi teman dan itu ternyata ia adalah seseorang yang selama ini dicari atau dirindukan. Satu hal yang menjadi kemustahilan pada masa lalu. Contoh diatas barangkali hanya sebagian kecil dari realitas yang terjadi pada saat ini, bahwa kehadiran dan pesatnya perkembangan teknologi informasi (TI) ternyata telah mampu memberikan banyak fasilitas yang menjadikan hidup menjadi lebih mudah. Namun demikian perkembangan TIdisatu sisi telah mengubah cara pandang, sikap dan perilaku individu serta kelompok masyarakat penggunanya.

Harus diakui TI merupakan satu bidang yang mampu melakukan revolusi terhadap struktur, tatanan dan etika berinteraksi antar sesama manusia. Cortada (2008) dalam tulisannya bertajukPatterns and Practices in How Information Technology Spread around the World, mengatakan, bahwa TI telah berjalan dengan sangat cepat dalam dibanding teknologi lain di abad ke-20, yang dimulai sejak tahun 1950-an.Pandangan Cortada ini didasarkan pada kenyataan akan kuatnya peran TI dalam melakukan perubahan, khususnya dalam interaksi yang makin mengglobal seperti sekarang ini. Kemajuan TI yang dirasakan mulai berkembang sejak tahun 1950 ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari satu konstelasi kesejarahan komputer itu sendiri, yang sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum abad ke-20.Menurut Jeffrey Shallit dalam A Very Brief History of Computer Science (1995) perkembangan komputer (sebelum berkembang pesatnya TI seperti sekarang ini) dimulai sebelum tahun 1900. Namun demikian TI, seperti yang ada sekarang, memiliki landasan yang kuat pada saat berkembangnya matematika pada tahun 1900 – 1939, masa perang yang kemudian melahirkan digital komputer elektronik serta penemuan komputer ARMAC pada tahun 1956 Itu artinya TI sebenarnya telah melakukan sebuah perjalanan panjang dan berevolusi sampai kemudian bisa dengan mudah dinikmati oleh hampir setiap orang seperti sekarang ini. Di Indonesia komputer dan internet diperkenalkan berturut-turut pada tahun 1960-an dan 1990-an. Dengan berkembangnya TI ini di Indonesia serta maraknya pemakain internet di hampir semua lapisan masyarakat, maka terdapat keinginan dari beberapa kalangan, khususnya mereka ingin, sedang dan akan belajar IT namun terkendala oleh lemahnya pengetahuan bahasa asing (dalam hal ini bahasa Inggris), untuk memahami istilah-istilah komputer ini dalam bahasa Indonesia. Selain itu komputerisasi bahasa Indonesia tersebut akan menciptakan kecintaan dan rasa nasionalisme sehingga semakin dalam keinginan untuk mengembangkan TI dengan nuansa Indonesia yang lebih kental.

Kendala-kendala komputerisasi bahasa

Harus diakui bahwa mereka yang belajar komputer atau internet, lebih terbiasa dengan istilah-istilah bahasa dalam Inggris daripada istilah komputer dalam bahasa Indonesia. Hal ini disebakan karena, pertama, tidak banyak istilah-istilah komputer yang sudah diterjemahkan atau berlaku secara umum ke dalam bahasa Indonesia dan kedua, terlihat tidak seriusnya pemerintah dalam menangani masalah peristilahan ini. Pemerintah terlihat setengah hati dalam melaksanakan instruksi dan pedoman yang dibuatnya sendiri yakni Instruksi Presiden no.2/2001 tentang Penggunaan komputer dan Aplikasi komputer berbahasa Indonesiadan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Kendala-kendala yang mengiringi proses pembentukan komputerisasi bahasa Indonesia ini sebenarnya tidak bisa hanya diselesaikan dengan keberadaan payung hukum saja, melainkan lebih kepada komitmen pemerintah dalam membuat sebuah perencanaan bahasayang dalam hal ini dilakukan oleh Pusat Bahasa, yang saat ini sudah berubah menjadi Badan Bahasa. Tanpa adanya pemilihan, penyandian, pelaksanaan dan peluasan dalam proses perencanaan bahasa, mustahil akan terjadi keberhasilan dalam melakukan komputerisasi bahasa Indonesia.

Selain perencanaan bahasa, pembentukan sebuah lembaga penerjemahan menjadi satu hal yang mutlak dan mendesak untuk direalisasikan. Alasan ini didasarkan pada fakta bahwa penggunaan bahasa Inggris dan bahasa asing lain (dalam konteks ini adalah komputer dan aplikasinya)secara terus menerus akan menempatkan Indonesia pada satu subordinasi sistem global. Dengan demikian sangat mudah bagi kapitalis global maupun penguasa teknologi untuk menekan, salah satu contohnya adalah ketergantungan yang tinggi pada pemakaian sistem operasi (operating system) Windows. Padahal sudah banyak piranti lunak yang berbasis nir bayar, salah satunya adalah Linux, yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena memiliki peluang untuk menjadi sistem operasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Ketergantungan yang tinggi itulah yang mengakibatkan Indonesia mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan untuk mengartikulasikan gagasan – gagasan politis, ideologi maupun kebudayaan bagi kepentingan Indonesia di tingkat regional maupun internasional termasuk didalamnya kebijakan dalam bidang TI.

Lembaga penerjemahan yang dimaksud adalah sebuah lembaga yang eksistensinya sejajar dengan lembaga bahasadan memiliki tugas melaksanakan semua hal yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam bidang penerjemahan termasuk penerjemahan istilah – istilah dalam TI maupun teknologi lain yang masuk ke Indonesia. Lembaga penerjemahan juga harus didesain sebagai lembaga yang memiliki otoritas dalam menentukan kualitas dan standar penerjemahan, termasuk peristilahan yang harus dipakai dalam komputer dan aplikasi komputer. Lembaga penerjemahan harus mampu untuk menerjemahkan teks TI sebanyak – banyaknya, dengan demikian maka harus juga ditempatkan individu-individu yang mumpuni dalam bidang TI. Kompetensi dalam kedua bidang tersebut (linguistik dan TI) sangat dibutuhkan agar ketika istilah tersebut diterjemahkan akan menjadi istilah yang pesan di dalamnya dapat tersampaikan, dari bahasa sumber (source language) ke dalam bahasa sasaran (target language).

Badan Bahasa memiliki fungsi sebagai pelaksana tugas di bidang penelitian dan pengembangan bahasa yang berada langsung di bawah Menteri Pendidikan, yang penjabaran fungsinya adalah sebagai (1) perumus kebijakan Menteri dan kebijakan teknis di bidang penelitian dan pengembangan bahasa; (2) pelaksana penelitian dan pengembangan bahasa, serta membina unit pelaksana teknis penelitian bahasa di daerah; (3) pelaksana urusan tata usaha pusat. Dalam rangka melaksanakan proses komputerisasi bahasa Indonesia, maka sudah saatnya Badan Bahasa diisi tidak hanya oleh ahli bahasa tetapi juga ahli TI. Dengan demikian Lembaga penerjemahan, seandainya terbentuk, harus memiliki sumber daya manusia yang hampir sama dengan Badan Bahasa, meskipun aksentuasinya berbeda, lembaga penerjemahan lebih kepada teknis dan Badan Bahasa lebih kepada konsep. Selain itu Badan Bahasa harus terus menerus meningkatkan kewibawaannya dalam bidang bahasa sehingga tidak ada lembaga diluar Badan Bahasa yang boleh membuat atau mengeluarkan peristilahan dalam bidang TI untuk digunakan, sebagai konsekuensinya Badan Bahasa harus bersikap pro aktif dan produktif. Keengganan mereka yang menggeluti dunia TI untuk menggunakan istilah komputer dan aplikasi komputer dalam bahasa Indonesia dikarenakan salah satunya kemampuan penguasaan bahasa (baik bahasa Indonesia maupun Inggris yang lemah) untuk itu maka Badan Bahasa harus aktif memberikan masukan mengenaipengajaran dan pendidikan bahasa kepada Departemen Pendidikan dan melakukan penelitian yang lebih luas dan intensif mengenai peristilahan komputer dan aplikasi komputer.

John Koplin (2002) mengatakan, “The first computers were people! That is, electronic computers (and the earlier mechanical computers) were given this name because they performed the work that had previously been assigned to people. Demikian halnya dalam hal komputerisasi bahasa Indonesia. Faktor sumber daya manusia menjadi faktor yang sangat menentukan untuk mencapai keberhasilan tersebut. Selain itu, KementerianPendidikan dan Kebudayaan, Badan Bahasa , Lembaga Penerjemahan (seandainya direalisasikan) harus mampu menjaga konsistensi, kewibawaan dan ketegasan sehingga terbentuk semacam triumvirat, dan apabila hal ini dapat terlaksana, maka tidak hanya komputerisasi bahasa Indonesia saja yang akan mencapai keberhasilan melainkan juga semua hal dalam bidang kebahasaan.

**************

LAMPIRAN

(Senarai istilah TI bahasa Indonesia)

1.batch – tumpak

2.bug – kutu

3.cache – tembolok

4.caption – takarir

5.cascade – riam

6.chatting – rumpi

7.krack – rengkah

8.kracker – perengah

9.daemon – jurik

10.debug – awakutu

11.domain – ranah

12.drag – seret

13.emoticon - ikon emosi

14.error – galat

15.firmware - peranti tegar

16.folder – pelipat

17.hack – retas

18.hacker – peretas

19.hyperlink – hipertaut

20.image – citra

21.interface – antarmuka

22.links – taut

23.list – senarai

24.load – muat

25.mouse – tetikus

26.preview – pratilik

27.probe – kuar

28.scan – pindai

29.shut down - tutup padam

30.slide – salindia

31.thread - ulir

32.save as HTML (hyper markuplanguage)hiper teks (BMHT) -simpan sebagai bahasa markah

33.scan-pindai

34.scanner-pemindai

35.screen-layar

36.scroll-menggulung

37.scroll lock - gulung

38.search-telusur

39.secondary recipient -penerima sekunder

40.sector-sektor

41.secure access - akses aman

42.security- keamanan

43.segment-segmen

44.select- pilih

45.select all- pilih semua

46.send-kirim

47.send to-kirim kepada

48.sent item- surat/butir terkirim

49.series-seri

50.server- server

51.set up show- tata tampilan

52.setting- penataan

53.setup- tata

54.shading- pembayangan

55.share workbook-buku kerja bersama

56.shareable directory- terbagi

57.sheet-lembar

58.shift-alih

59.shut down-tutup padam

60.signature-tanda tangan

61.slash-garis miring

62.sleep-pudar

63.slide-salindia

64.slide colour scheme-skema warna salindia

65.slide from files-salindia dari berkas

66.slide from outlines-salindia dari ragangan

67.slide layout-tata letak salindia

68.slide miniature-miniatur salindia

69.slide number-nomor salindia

70.slide show-tampil salindia

71.slide sorter-penyortir salindia; pemila

72.abort –gugurkan

73.access – akses

74.access management - manajemen akses

75.access unit - unit akses

76.account - akun; rekening

77.action button - tombol tindak, tombol aksi

78.action setting - penataan tindak, penataan aksi

79.active desktop - destop aktif

80.add-ins – tertambah

81.address – alamat

82.address book - buku alamat

83.administration – administrasi

84.administration domain - ranah administrasi

85.advisory system - sistem penasihat

86.affirmation – penegasan

87.agenda – agenda

88.algorithm – algoritma

89.alias – alias

90.align left - rata kiri

91.align right - rata kanan

92.alignment – perataan

93.alternate – silih

94.alternate recipient - penerima pilihan

95.animation – animasi

96.anonymous remailer - penyurat-balik anonim

97.append – bubuh

98.application – aplikasi

99.apply – terapkan

100.apply design - desain terapan

101.arrange – susun

102.array – larik

103.artificial intelligence -kecerdasan buatan, intelegensi buatan

104.ascending - menanjak, urut naik

105.attribute – atribut

106.auto clip art - gambar klip otomatis

107.auto-correct - pembetulan otomatis, otokoreksi

108.auto-forward - maju otomatis

109.auto-replay - putar ulang otomatis

110.auto-reply - balasan otomatis

111.autofit – otofit

112.autoformat - format otomais, otoformat

113.automatic learning - pemelajaran otomatis

114.autoshapes - bentuk otomatis

115.autosum - total otomatis; jumlah otomatis

116.back - balik; belakang

117.back slash - garis miring kiri

118.back space - spasi mundur

119.back up - (rekam) cadangan

120.background - latar belakang

121.backtracking - lacak balik

(Diambil dari berbagai sumber)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun