Mohon tunggu...
Gadis Tiara Nuansa
Gadis Tiara Nuansa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pemula

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Yuk, Naik Transportasi Umum!

24 Oktober 2021   19:28 Diperbarui: 24 Oktober 2021   19:30 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Akhir-akhir ini suhu di lingkungan sekitar kita semakin panas, bukan? Bahkan suhu di tempat penulis saat menulis artikel ini mencapai 28°C, padahal daerah ini termasuk daerah dataran tinggi. Tahukah kalian bahwa meningkatnya suhu di bumi ini disebabkan karena pemanasan global?

Pemanasan  global merupakan salah satu masalah dunia yang telah berlangsung selama bertahun-tahun. Menurut Wikipedia, pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18°C selama seratus tahun terakhir. Penyebab utama pemanasan global adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya semakin meningkat di atmosfer bumi. Salah satu yang termasuk gas rumah kaca adalah karbon dioksida, yang jumlahnya paling banyak di atmosfer. Akan tetapi, karbon dioksida merupakan yang paling rendah dampaknya terhadap pemanasan global.

Pemanasan global ini dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi Iklim pada tahun 2015 yang diselenggarakan di Paris, Perancis. Negara-negara anggota PBB dalam konferensi tersebut setuju untuk mewajibkan negara maju dan negara industri untuk mencapai net-zero emission pada tahun 2050.

Mungkin muncul pertanyaan bagi kalian, net-zero emission itu apa, sih? Net-zero emission atau nol-bersih emisi bukan berarti tidak ada emisi sama sekali di dunia, tetapi lebih ke bagaimana cara mengurangi sebanyak mungkin emisi yang ada di udara. Sebab, kita akan selalu menghasilkan emisi, seperti ketika bernapas yang akan menghasilkan karbon dioksida atau CO2. Selain itu, ada juga gas karbon monoksida yang banyak dihasilkan oleh asap kendaraan bermotor. Oleh karena itu, penyerapan dan pengurangan emisi karbon penting untuk dilakukan.

Nah, salah satu cara mudah yang bisa kita lakukan adalah menggunakan transportasi umum. Dengan tidak menggunakan kendaraan bermotor pribadi dan beralih ke transportasi umum akan membantu mengurangi polusi udara dan karbon monoksida yang dihasilkan dari pembakaran mesin. Memang, tidak akan serta merta membuat emisi karbon yang dihasilkan menjadi habis, tetapi aksi ini dapat mengurangi emisi karbon tersebut.

Pemerintah telah memberikan berbagai macam fasilitas, sarana, dan prasarana untuk transportasi umum selain angkutan umum (angkot) di berbagai wilayah di Indonesia, khususnya kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Malang, dan lain – lain. Misalnya, di Jakarta yang terkenal dengan kemacetan serta kepadatan penduduknya, pemerintah menyediakan bus Transjakarta yang memiliki jalurnya sendiri. Bus yang telah beroperasi sejak tahun 2004 ini telah memiliki 243 halte yang tersebar di seluruh penjuru kota Jakarta. Tarifnya pun sangat terjangkau, yakni dari Rp 2.000,00 hingga Rp 3.000,00.

Selain itu, ada juga Commuter Line atau kereta rel listrik komuter yang telah ada sejak tahun 1925 di Jakarta. Saat ini, rute KRL telah menjangkau daerah Jabodetabek. Bahkan, pada bulan Maret lalu telah diresmikan KRL yang beroperasi di Jogja-Solo. Penulis sendiri sangat senang menggunakan transportasi umum yang satu ini. Selain karena cepat, harganya juga ramah di kantong mahasiswa. Untuk menaiki KRL, perlu menggunakan kartu sebagai tiket. Ada tiket harian berjamin (THB), kartu multi trip, serta bisa juga menggunakan kartu prabayar yang disediakan oleh beberapa bank, seperti e-money milik Bank Mandiri. Seperti yang telah dikatakan, tarifnya sangat murah. Untuk jarak tempuh 1-25 km pertama per orang cukup membayar Rp 3.000,00 dan untuk 10 km berikutnya (berlaku kelipatan) dikenakan tarif Rp 1.000,00 per orang.

Masih banyak lagi transportasi-transportasi umum yang telah disediakan oleh pemerintah sebagai wujud upaya pengurangan emisi di Indonesia. Semua itu juga dibuat/dibangun salah satunya dengan menggunakan uang rakyat (kita) melalui pajak yang telah kita bayar.

Menggunakan transportasi umum juga dapat menghemat pengeluaran kita. Biaya yang dikeluarkan untuk menaiki transportasi umum lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang diperlukan untuk membeli bahan bakar kendaraan bermotor pribadi. Selain itu, penggunaan bahan bakar yang terbuat dari fosil yang juga dapat menimbulkan emisi pun dapat semakin berkurang bila menggunakan transportasi umum.

Oleh karena itu, mari kita gunakan transportasi umum untuk mengurangi emisi, terutama emisi karbon, sehingga dapat menurunkan risiko meningkatnya suhu bumi akibat pemanasan global yang telah terjadi betahun-tahun lamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun