Mohon tunggu...
Si Pena Idealis
Si Pena Idealis Mohon Tunggu... -

Write is My Life

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cerdas Memilih Pemimpin

17 Maret 2014   21:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:50 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dimuat di Haluan Padang (Rabu, 05 Maret 2014 02:57)

Tidak berapa lama lagi, pesta demo­krasi akan dise­lenggarakan. Pesta yang akan menentukan  masa depan bangsa Indo­nesia. Mendekati masa pemilu seperti ini, para calon berbon­dong-bondong melaku­kan berbagai bentuk kam­panye.

Bahkan, sekarang yang paling terkenal adalah kampanye gaya ala Jokowi. Yaitu gaya blusukannya ke tengah-tengah masyarakat menengah ke bawah. Inilah cara yang dianggap sebagian calon, sangat jitu untuk menarik simpati rakyat, agar dianggap pemimpin yang peduli dengan rakyat kecil.

Banyak gambar calon dan janji-janji untuk menye­jahterakan rakyat, terpasang tidak teratur di pinggir jalan raya maupun jalan pedesaan. Hampir di setiap pohon maupun tiang, terlihat foto calon pemimpin dengan gaya masing-masing serta  janji akan memperjuangkan rakyat kecil.

Segala usaha dilakukan setiap calon untuk meme­nangkan pemilu. Mereka mencoba menarik simpati masyarakat dengan foto serta janjinya. Namun, kini masyarakat yang punya pemikiran maju, akan mengabaikannya.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) tak henti-hentinya mengimbau masyarakat, untuk ikut serta dalam pemungutan suara pada saat pemilu. Namun, tidak jarang masyarakat justru memilih untuk golput. Mereka yang berfikiran lebih maju mela­kukan tindakan ini karena kepercayaan mereka sudah mulai tergerus akibat janji-janji calon, yang setelah mereka terpilih, ternyata tidak pernah ditepati. Feno­mena golput ini marak terjadi di daerah-daerah pada saat pemilihan kepala daerah.

Hal seperti itu sedikit menggambarkan kondisi yang akan kita temui pada pemilu yang akan datang, bahwa fenomena golput masih akan terulang lagi. Masyarakat yang biasanya memilih untuk  golput, akan cenderung lebih selektif dalam memilih pemimpin. Mereka akan memilih pe­mim­pin yang visioner dan asketis. Kalau mereka menganggap pemimpin yang diidealkan tidak ada, mereka akan golput.

Mendekati pemilihan umum, perang politik mulai terlihat di ranah peme­rintahan. Kampanye yang mulai digencarkan, adu argumen yang menjatuhkan antar calon dan pemimpin, demi mendapatkan kekua­saan lima tahun ke depan memimpin bangsa. Iro­nisnya, ketika saling salah menyalahkan pada masa kepemimpinan, berbagai tuduhan-tuduhan keluar dari mulut birokrat, hingga tersebar di media massa dan disaksikan semua rakyat. Itulah, sikap yang sangat memalukan di panggung perpolitikan dengan disak­sikan seluruh masya­rakat Indonesia. Seakan-akan Indonesia tidak punya pe­mimpin yang ideal untuk menjadi panutan rakyat.

Pada saat masa transisi, antar calon pempin sering terjadi kritik menyoal kinerja pemerintah yang dianggap tidak becus. Muncul per­nyataan-pernya­taan pedas terhadap pe­me­­rintahan serta keke­cewaan karena tidak maksimal dalam men­jalan­kan sistem. Kalau memang tidak puas dengan ki­nerja peme­rin­tah, me­ngapa tidak dari da­hulu me­la­kukan kri­tikan ter­ha­­dap pe­ngem­ban amanat rakyat ter­sebut, agar para pemegang peme­rintahan dapat mem­perbaiki kiner­janya pada masa itu?

Masa-masa seperti ini, banyak orang yang punya kepentingan politik, mela­kukan intervensi dan pro­vokasi antar calon pe­mim­pin, sehingga masyarakat yang akan memilih pun mengalami kegalauan men­dalam, anta­ra memilih pemimpin yang seperti itu atau bah­kan tidak memilih sama sekali alias golput. Memang saat-saat seperti ini rakyat dibuat dilema oleh para calon pemimpin. Mere­ka harus bijak dan selektif da­lam memilih agar dike­mu­dian hari tidak ada keke­cewaan lagi oleh masya­rakat.

Pilih Pemimpin Visioner

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun