Mohon tunggu...
Halimatus Sa'diyyah
Halimatus Sa'diyyah Mohon Tunggu... -

mahasiswa S1 di UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ever or Never

3 Desember 2013   20:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:21 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tidak tahu kenapa tiba-tiba ingin menulis bahasan seperti ini, mungkin karena situasi, kondisi, atau realita yang sering aku temukan disekelilingku. Beribu  maaf gak ada niatan jelek-jelekin, banding-bandingin, atau kawan-kawannya lah.. cuma ingin sekedar membuat cerminan terhadap realita yang ada saja...

Yang mau aku bahas, apa sih bedanya ever or never mengenyam dunia pesantren? Menurut aku semuanya itu kembali kepada manusianya itu sendiri dan juga dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Mungkin perbedaan yang paling terlihat adalah ilmunya tentang agama. Tapi jika ilmu itu hanya pada teori saja tanpa praktek, semuanya itu akan sia-sia saja. Dia yang pernah mengenyam dunia pesantren tidak menjamin sikap dan sifatnya lebih baik dari yang tidak pernah. Begitupula sebaliknya, dia yang tidak pernah merasakan dunia pesantren belum tentu sifat dan sikapnya lebih baik dari yang pernah merasakannya.

Kita ambil contoh, kasus pencurian. Pasti kita sering kan mendengar berita tentang kasus pencurian? Aku kira dulu di lingkup pesantren/sejenisnya itu tidak ada yang namanya kasus pencurian, ternyata itupun terjadi. Padahal bukankah dari kecil kita pasti sudah diterangkan dengan sejelas-jelasnya bahwa mencuri itu dosa bahkan seharusnya menurut islam harus dipotong tangannya. Sekali lagi memang semuanya itu tergantung kepada manusianya itu sendiri ataupun hasil didikan dan apa yang dia lihat dilingkungan tempat tinggalnya. Jadi secara jelasnya hanya Allah yang tahu siapa yang bersalah... "Kejahatan itu bukan hanya karena ada niat sang pelaku tapi juga karena ada kesempatan, Waspadalah, waspadalah!!" (yang biasanya didengar selesai pembacaan berita disalah satu stasiun televisi)

Lalu kita perhatikan firman Allah pada surat al-Isra' ayat 32:  وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا  yang artinya "dan janganlah kamu mendekati zina". Kalimat tersebut pasti tidak asing lagi, jangankan bagi yang pernah di pesantren yang belum pernah pun pasti sudah berkali-kali mendengar ataupun membaca kalimat tersebut. Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang ayat ini di dalam tafsirnya, “Larangan mendekati zina lebih mengena ketimbang larangan melakukan perbuatan zina, karena larangan mendekati zina mencakup larangan terhadap semua perkara yang dapat mengantarkan kepada perbuatan tersebut. Barangsiapa yang mendekati daerah larangan, ia dikhawatirkan akan terjerumus kepadanya, terlebih lagi dalam masalah zina yang kebanyakan hawa nafsu sangat kuat dorongannya untuk melakukan zina.” (Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal.457)

Dan beberapa perkara yang dapat mendorong untuk melakukan perbuatan zina yaitu:


  1. memandang wanita yang belum halal baginya, dan Allah benar-benar melarangnya dan Allah memerintahkan agar menundukkan pandangan dari hal-hal yang diharamkan. Dijelaskan dalam surat An-Nur: 30-31
  2. menyentuh wanita yang bukan mahramnya
  3. berduaan di tempat yang sepi
  4. berpacaran


Pada nomer 4, kata itu pasti tidak asing lagi ditelinga kita. Dan yang pacaran itu bukan hanya yang gak pernah mondok tapi bahkan yang sudah bertahun-tahun di pondok. Katanya sih pacaran islami, emangnya pacaran islami itu yang kayak gimana ya? Bukankah yang pacaran islami itu yang dilakukan setelah terjadinya akad pernikahan? dari sini berarti tak ada perbedaan antara yang ever or never mengenyam dunia pesantren karena semuanya kembali kekepercayaan dan keimanan manusianya itu sendiri.

Dan realita yang menjadikan perhatianku yang terakhir soal menutup aurat. Bicarain aurat wanita sajalah.. tidak semua wanita yang pernah mondok itu selalu menutup auratnya dan tidak semua wanita yang tidak pernah mondok itu membuka auratnya. Menjadi tanggung jawab ayah untuk mengingatkan anak gadis/perawannya yang belum menutup auratnya jika keluar rumah. Dan menjadi tanggung jawab suami untuk mengingatkan istrinya yang belum menutup auratnya saat keluar rumah. Jadi hendaknya kebiasaan menutup aurat itu dibiasakan dari usia sedini mungkin. :)

#kesimpulannya: sifat dan sikap itu tergantung manusianya itu sendiri, ever or never mengenyam dunia pondokan hanyalah beberapa persen saja dalam mempengaruhi sifat dan sikap manusia..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun