Â
Dear Alam..
 .
Sayang…
Tahukah kau saat pertama kali aku mulai belajar mengepakkan sayapku, belajar melihat seisi dunia kecil disekelilingku,, itu adalah hal terberat sekaligus terindah yang pernah aku rasakan. Disaat sayap-sayapku mulai mengiringi irama angin dan menyeimbangkan tarianku mengelilingi warna-warni taman bunga milikmu.
Sejenak aku mulai menikmati harmoni indah  itu, dan sejak saat itu pula aku mulai menyukai terbang dengan sayapku, menari bebas bersama angin kian kemari, menikmati aroma dan symphony nafasmu. Aku bahagia berada dipelukan hijaumu, dan aku tahu kau juga berbahagia saat aku selalu menemanimu, melengkapi indahmu.
Sayang…tahukah kau, ternyata mereka tidak turut berbahagia melihat kita bersama. Mereka selalu saja berdiri pada keangkuhan dan perlahan-lahan mulai menyakiti kau dan aku. Aku hanya makhluk lemah yang tidak berdaya saat melihat tangan-tangan baja mereka mulai mencabut pundi-pundi hijaumu, melumat habis taman-taman indah itu, taman yang dulu menjadi tempat kau dan aku menyatukan rasa kita.
Sayang..maafkan aku yang tidak bisa berbuat banyak untukmu, membiarkan mereka selalu saja menyakitimu, meluruhkan seluruh indahmu dan menggantikkanya dengan gedung-gedung yang berdiri kokoh dan sama angkuhnya dengan mereka.
Bersabarlah sayang..suatu saat nanti, pasti akan ada tempat lagi untuk kita bersama menikmati keindahanmu dan juga keindahanku.
 .
Nomor : 176, Gadis Kupu-Kupu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H