Mohon tunggu...
Widie Gadis Kupu-kupu
Widie Gadis Kupu-kupu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

just ordinary people, dan meyakini satu hal "Kenyataan tak selalu indah, tapi selalu ada keindahan dibalik setiap kenyataan"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gelas Kosong

30 Januari 2012   04:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:18 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tataplah mataku! Apakah kau bisa melihat apa yang tengah aku tutupi saat ini?  Aku pastikan, kau tidak akan menemukan apapun didalam binar mata itu. Kau tahu kenapa? Yah..karena aku sangat pandai menyamarkan semuanya. Bahkan tentang semua rasaku yang mungkin memang seharusnya tak ada. Aku tidak pernah menyukai awal perkenalanku denganmu, walaupun satu sudut ruang lain sangat mengaharapkannya dan berbahagia untuk itu. Aku mencoba belajar memahami setiap jalan yang kau pilih. Setiap hal yang kau lakukan. Bahkan aku mencoba selalu ada di setiap waktu yang kau butuhkan untuk menceritakan semua kisahmu. Kisahmu bersama gadismu. Aku benci melihat senyum bahagia itu. Aku benci saat kau menghabiskan waktu dengannya, saat  kau menyebut namanya. Saat setiap untaian kalimatmu selalu memujinya. Bahkan saat kau katakan bahwa kau beruntung memiliki gadismu. Tahukah kau, aku sangat membenci itu. Bukan, bukan aku membenci semua tentangnya, tapi aku membenci diriku sendiri.  Diriku yang terlalu naïf dengan pilihanku.  Aku benci dengan diriku yang lebih memilih untuk tetap menyimpan semua rasaku padamu, dan mencoba bertahan dengan selalu menjadi gelas kosong untukmu. Tahukah kau, gelas kosong ini juga tidak akan selalu mampu menampung semua isinya. Aku harus memilih, membiarkan sebagian isinya tertumpah dan terlihat olehmu, atau harus aku relakan gelas itu terjatuh dan pecah begitu saja tanpa seorangpun menyadarinya, kecuali aku sendiri – si gelas kosong.  Kalian punya pilihan? Ahh, sepertinya aku telah memilih membiarkan gelas itu jatuh dan pecah, aku tidak ingin membiarkan sebagian isinya tertumpah dan terlihat olehmu, karena yang tertumpah natinya pastilah semua tentang rasaku untukmu. Entah sampai kapan aku akan mampu selalu menjadi gelas kosong untukmu, dan selalu terus menerus membiarkan gelas itu pecah untuk kesekian kalinya tanpa kau ketahui. Hingga saat ini, aku akan tetap bertahan dengan pilihanku, pilihan untuk menjadi gelas kosong bagimu.

13278987601603439472
13278987601603439472

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun