Mohon tunggu...
Gadis Ashteria
Gadis Ashteria Mohon Tunggu... -

Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Semesta

13 November 2014   04:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:55 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Rasa yang mematikan itu pasti tercipta. Dimana kekuatan berada dalam posisi yang lemah. Sang semesta yang pernah padam untuk menitih kehidupan di dalam keluarga. Sang semesta yang telah menitih kelebihan dan kekurangan seorang manusiawi. Manusia yang hanya tunduk pada sang semesta. Manusia yang hanya berporos pada satu titik. Manusia yang tertancap dalam satu puncak. Rasa sakit yang telah terpancar semu. Rasa yang telah memadai air sampai ke puncak. Rasa yang berlalu dengan satu genggaman.

Sekuat apa rasa itu bertahan ? Yang telah di pancar dengan sejuta hasrat yang gelap. Hidup yang bertahan sebagai pelindung kepala yang telah pudar apakah ada istilah aku harus berjuang ? Tentang rasa yang tercipta secara nyata dan semu itu telah menyelesaikan itu semua. Penyelesaian yang membuat otak bekerja untuk kekuatan. Apa ada kata untuk akhir dari segalanya ? Orang yang bicara dengan hasara dan dapat diketahui dengan bahasa tubuh. Entah bagaimana cara ungkapan semu ini tertulis dengan nyata. Entah bagaiamana perjuangan angan yang semua menjadi berubah. Tuhan  sang semestaku sebagai secuil phoon yang berjuang dengan lapak yang semu yang hanya dengan sebatas pandangan , apa kah bisa engkau membuat lapak tersebut menjadi leleh ? Lapak yang berfungsi dengan sebetas detik yan hanya membuat dirinya kuat dan mengungkapan sebuah pandangan yang gelap.

Tuhan sang semestaku ...
Sebagai manusiawi yang hanya bisa menarik nafas panjang tanpa bayangan appapun yang terambil oleh sebuah filsafat rata yang entah tercipta lama atau tidak. entah yang bisa bertahan dengan selamanya atau dengan berhenti nya waktu. Yang berjuang demi kekuatan dan waktu. Di tempat itu , di sebuah filsafat itu terbentuk kaku semua bahasa tubuh yang dipenuhi dengan mata yang berupa kalbu. Telah tercipta diantara lembaran lembaran yang mempunyai goresan dan tertata rapi di dalam simpanan. Demi berjalannya waktu semua telah kagum berada di rasa itu. Tetap berporos dan menetap di dalam rasa  itu.

Tuhan sang semestaku ...
Rasa yang menghantui seperti matahari , yang selalu berporos dan menetap di dalam kediaman yang seprti hembusan angin yang selalu terbayang. Kelelahan yang terlihat dengan semu tersebut tidak dapat memiliki makna yang lebih. Waktu yang terus berjalan beriiringan dengan rasa yang selealu menyelusup ke dalam ruang yang bernoda. Yang selalu menyatu dengan hembusan nafas bersama dengan noda yang harus bertahan.

Tuhan sang semestaku ...
Tidak bisa dipungkiri rasa yang telah bernoda tesebut telah meimbulkan hasrat gelap yang semu. yang berusaha bisu dengan sebuah bahasa tubuh. Sekuat apa kebisuan tersebut muncul ? Sekuat apa kebisuan tersebut tenggelam ? Dengan apakah kebisuan tersebut akan bertahan ? rasa yang tak bisa selamanya bisa menatap dengan tinggi. Rasa yang selalu hidup di keadaan siang hari dan malam hari. rasa yang mampu membakar bola mata menjadi abu. Rasa yang terlahir dari abu dan menjadi abu yang terjadi diantara sepasang telaga yang penuh kebisuan.

Tuhan sang semestaku ...
Sesaat aku memikirkan tentang kematian. Kematian yang tak bisa dipungkiri , dan tak bisa dihalangi. Sebab kematian itu telah terkubur dalam-dalam , sedalam lapisan rasa yang ada di bahasa tubuh. Namun , seiring bergeraknya lempengan tanah dan bahasa tubuh tersebut kebisuan tersebut telah berubah ? Apa tekanan yang ada di dalam rasa tersebut menjadi terbuka ? Tidak ada yang mengetahui itu semua selain engkau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun