Mohon tunggu...
Herawati Suryanegara
Herawati Suryanegara Mohon Tunggu... Buruh - Penyuka Langit, penyuka senja.

aku... ya ...aku!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilu : Saat Rakyat Memilih Setengah Hati

6 April 2014   06:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:01 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh Herawati Suryanegara

Fenomena yang berkembang di masyarakat dewasa ini dalam menanggapi Pemilu yang tinggal beberapa hari adalah “ Memilih daripada tidak memilih “ . Keputusan yang penuh keterpaksaan. Tidak ada keterkaitan rasa antara pemilih dan caleg yang hendak dipilh sebagai  akibat partisanship yang tidak terbina secara mendalam. Partai politik beserta caleg-calegnya hanya mendekat saat menjelang Pemilu setelah pemilu usai maka usai pula kemesraan diantara  mereka.

Komunikasi antar caleg dan pemilih yang  terbentuk sesaat  tidak meninggalkan kesan yang mendalam maka, jangan salahkan bila mereka memilihnyapun setengah hati . Partai politik   gagal membina komunikasi yang baik dengan masyarakat,  tidak memiliki Ikatan emosi  yang kuat dengan simpatisan yang menjadi sasaran pemberi suara, begitupun sebaliknya.

Seharusnya  partai politik beserta para calegnya  melakukan pendekatan-pendekatan kepada rakyat tidak hanya pada saat  menjelang pemilihan umum saja tetapi harus terjalin sepanjang masa selama partai tersebut menginginkan keberadaannya  tidak seumur jagung.

Masyarakat  semenjak era reformasi umumnya mulai melek politik. Pengalaman dan pemahaman bahwa pemerintah dan elite politik sering meninggalkan mereka menjadi pemikiran yang  berlanjut. Fakta bagaimana inspirasi  yang dikehendaki masyarakat telah banyak dikhianati. Perilaku   para elite politik yang terpilih tidak sesuai harapan. Mereka  tidak menunjukan prestasi yang memuaskan selain menunjukan arogansi , manipulasi dan berkelompok dalam pemerintahan yang korup.

Kekuasaan yang diberikan rakyat seharusnya menjadi  aura positif bagi parpol pemenang pemilu untuk lebih mengerti apa kehendak rakyat  lalu menerapkannya dalam kebijakan-kebijakan yang pro rakyat bukan menjadi  pendorong bagi napsu arogansi  dan manipulasi.Pada akhirnya  masyarakat  beranggapan  apa yang para calon elite politik butuhkan  dari mereka hanyalah  “persoalan mengejar jumlah suara “  untuk melanggengkan kekuasaan. Kekuasaan yang ditujukan untuk kepentingan dan kepuasaan segelintir orang atau kelompoknya masing-masing.

Para caleg yang mewakili partai politik tersebutpun,  dirasa kurang greget dihati masyarakat. Terbukti, semakin banyak jumlah partai politik, semakin banyak caleg yang mendaftar nyatanya dari beberapa Pemilu  tidak meningkatkan animo masyarkat untuk memilih karena jumlah Golput terus meningkat. Seperti yang dinyatakan Husni Ketua KPU Pusat pada Republika, 01 Desember 2013   tingkat partisipasi pemilih pada Pemilu 1999 sebesar 92,74%, Pemilu 2004 sebesar 84,07% dan Pemilu 2009 sebesar 71% .

Bila Golput pada Pemilu 2014 ini semakin bertambah maka itu jelas menunjukan kegagalan partai politik. Menurut UU no 2 th.2008 tujuan berdirinya Partai politik diantaranya adalah untuk  meningkatkan partisipasi anggota dan masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan.

Pemilu mendatang ada baiknya , pemerintah tidak mudah dalam pemberian izin pendirian partai politik . toh, terbukti  banyaknya partai tidak mendongkrak jumlah partisipasi rakyat dalam Pemilu. Begitupun untuk Parpol agar  memiliki criteria yang tidak “ngasal” dalam menetapkan caleg-calegnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun