oleh Herawati Suryanegara
Guru menulis, hal yang sudah tak asing lagi bahkan telah menjadi program yang sudah demikian disarankan dan digembar-gemborkan. Bahkan dianjurkan agar para guru memiliki blog pribadi atau mengikuti blog keroyokan ,sehingga lahirlah istilah “ Guru Go Blog “.
Menulis dapat menyehatkan jiwa dan membuka wawasan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini Pemerintah tidak asal membuat program, terbukti dengan diadakannya beberapa pelatihan jurnalistik khusus untuk para guru. Hal ini mendapat respon positif dari para guru bila melihat animo mereka dalam mengikuti pelatihan-pelatihan jurnalistik yang diadakan oleh fihak terkait.
Dampaknya sangat terlihat, kreativitas guru menulis semakin banyak ditemukan. Bila anda buka google anda akan menemukan ratusan bahkan mungkin ribuan blog yang dikelola atau diikuti para guru tersebut dan ternyata sangat mengasyikan untuk disambangi.
Mereka menulis dengan berbagai macam gaya dan berbagai pokok bahasan yang tidak hanya melulu masalah pendidikan. Guru tampak semakin kritis terhadap sekelilingnya dan tanggap terhadap perubahan jaman. Sayangnya, tidak semua merespon hal ini dengan positive. Masih banyak yang belum memahami dan tak menyukai perubahan yang terjadi . Sikap kritis masih dianggap tabu meski telah memakai etka jurnalistik sekalipun.
Kiranya perlu ada penyadaran dari berbagai pihak , untuk mau menerima perubahan tersebut. Selama masih dalam etika jurnalistik , rasanya tak penting untuk membungkam mereka . Ambil saja manfaatnya untuk perbaikan dunia yang mereka cintai, dunia pendidikan. Tak perlu alergi dengan masukan yang disuarakan para guru mengenai sebuah kondisi atau carut marutnya dunia pendidikan, karena merekalah yang benar-benar berada dilapangan dan bersentuhan langsung dengan pendidikan itu sendiri. Tanggapi dengan bijak dan bila memang kondisi yang dituliskannya benar ,jadikan sebagai modal perbaikan.
Artikel ini timbul dari keluhan masih adanya respon yang negative dari tulisan para guru yang membuat mereka akhirnya enggan menulis tentang dunia pendidikan. Mereka bilang lebih aman menulis tentang politik daripada mengkritisi dunia pendidikan. Apa betul..? lihat saja katanya pemerintah dalam menghadapi politikus yang mengkritisi pemerintahannya..”ora opo-opo..”, kan..?
Seharusnya hal ini tidak terjadi, walau bagaimanapun suara guru melalui tulisannya selama itu bukan fitnah atau mengada-ada harus disikapi dengan positive oleh berbagai pihak terkait. Guru pun menulis harus berdasarkan fakta dan data sehingga bila timbul respon negative, dapat berargumen dengan baik.
Bagi penulis pribadi , sangat menyayangkan bila guru-guru berhenti menulis karena “takut”. Suarakan pendapat dan teruslah berjuang melalui tulisan untuk perbaikan dunia pendidikan yang kita cintai. Jangan sampai mereka yang diatas hanya mendengar bisikan-bisikan yang tak sesuai dengan apa yang ada di lapangan.
Selamat berkarya teruntuk semua guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H