Dari Abu Hurairah ra. Bahwasannya Nabi Saw. Bersabda : "kata-kata yang baik itu adalah shadakah". (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Dalam hubungan kita dengan sesama manusia di kehidupan sehari-hari sering kita tidak menyadari adanya bahaya besar dibalik setiap perkataan yang kita katakan. Namun hal tersebut tidak kita sadari, karena berkata-kata apapun isi katanya sering kita anggap sebagai suatu aktivitas yang lumrah dan kita pun lupa, bahwa bagi setiap apa yang kita ucapkan akan dihisab dan berdampak bagi kehidupan kita diakhirat nanti dan menentukan dimana kita akan berada, disurgakah atau dineraka yang menyala?.
Dari Abu Hurairah r.a. berkata :"Rasululluh Saw. Ditanya tentang perbuatan apakah yang paling banyak memasukan manusia ke surga?".
Beliau menjawab :" takwa kepada Allah dan budi pekerti yang baik".
Dan beliau juga ditanya tentang perbuatan apakah yang paling banyak memasukan seseorang ke dalam neraka?.
Beliau menjawab: "mulut dan kemaluan".
Apa yang disabdakan oleh Nabi kita, harus kita yakini dengan sungguh-sungguh. Dalam kehidupan di dunia fana pun kita dapat melihat begitu dasyat dampak dari perkataan . Seseorang dapat saling mencederai bahkan sampai saling membunuh akibat saling mengejek dan mengolok-olok. Padahal sudah jelas bagi kita bahwa perkataan yang baik adalah sedekah dan kalau kita tak dapat menahan perkataan, lebih baik diam.
Islam sebagai agama yang sudah dijamin Allah hingga akhir jaman sudah memperingatkan manusia, sejak awal, dimana Allah telah berfirman "janganlah suatu kaum mengejek kaum yang lain" (Qs. Al-Hujurat ll). Terbukti ketika larangan Allah tersebut banyak dilanggar, maka kita kerap melihat banyak pertikaian antar manusia.
Betapa mengerikan, kita menyaksikan berita-berita yang ditayangkan televisi bagaimana seseorang yang masih bertalian saudarapun dapat saling menyakiti dan saling membukakan aib termasuk dalam kaitan hubungan antara ibu dan anak, suami dan istri, antar tetangga bahkan antar suku dan agama yang pada akhirnya memerlukan penyelesaian di pengadilan.
Selain pertikaian, bahaya lisan yang terjadi dapat membuat seseorang terlena untuk tetap berlaku dalam kemaksiatan, karena orang-orang yang berada disekelilingnya selalu melemparkan sanjungan yang membuaikan dan pembenaran bagi setiap kelakuannya. Sehingga menutup mata orang yang disanjungnya dari kekeliruan yang tengah diperbuat. Hal ini kerap dilakukan oleh orang-orang yang bermuka dua. Mereka menjual lisannya untuk kesenangna dunia yang sesaat tanpa menghiraukan hisab panjang pada hari akhir nanti.
Sebenarnya bagi umat islam, hal ini tidak perlu terjadi andai saja kita berpegang teguh pada ajaran agama, bahwa setiap apa yang kita lakukan dan apa yang kita katakan akan mendapat hisab dan balasan yang setimpal. Dan kita harus ainul yakin bahwa surga dan neraka itu hal yang nyata. Mengapa kita tidak jadikan surga sebagai tujuan ? dan bukankah seorang muslim yang baik adalah orang yang tidak suka menggagu orang lain dengan lisan dan tangannya.