Mohon tunggu...
Herawati Suryanegara
Herawati Suryanegara Mohon Tunggu... Buruh - Penyuka Langit, penyuka senja.

aku... ya ...aku!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mewaspadai Politikus Demagog

29 Januari 2017   21:23 Diperbarui: 20 Juni 2021   04:11 2898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh R. Herawati Suryanegara

Demagog adalah istilah dalam ilmu politik yang berasal dari bahasa Yunani , demos yang artinya rakyat dan  “agogos”yang artinya pemimpin dalam konotasi negatif. Para politikus cenderung menjadi demagog untuk menanamkan pengaruhnya kepada masyarakat. Kamus Besar Bahasa Indonesia, menerjemahkan demagog sebagai penggerak (pemimpin) rakyat yang pandai menghasut  dan pandai membangkitkan semangat rakyat untuk memperoleh kekuasaan. Dalam sistem politik demokrasi, demagog dan narsisme adalah penyakit yang sulit dihilangkan. Para politikus  berlomba merayu masyarakat dengan orasi-orasi yang memikat dengan bekal kemampuan menyaru dalam beribu wajah, sebanyak wajah apa yang diharapkan masyarakat untuk hadir saat tersebut.

Ciri-ciri seorang demagog diantaranya adalah :

  • Selalu mencari kambing hitam atas segala masalah, sehingga kebencian terhadap suatu kelompok tertentu ditumbuhkan, dipelihara, bahkan diperdahsyat identitasnya
  • Argumen yang menjadi senjata biasanya ad hominem (menyerang pribadi orang) dan argumen kepemilikan kelas yang penuh kebencian
  • Seorang demagog lihai membuat skematis dengan menyederhanakan gagasan atau pemikiran agar bisa memiliki efektivias sosial sehingga menjadi sebuah opini dan keyakinan. 

Bahaya politikus demagog di alam demokrasi adalah adanya tipu daya para politikus tersebut dalam meraih kekuasaan strategis atau untuk menempati jabatan-jabatan publik. Mereka   dapat mengalahkan elektabilitas politikus jujur, yang berusaha berbicara seadanya, tidak bombastis, berbasis pada fakta-fakta dalam mengemukakan program-programnya, dan kemampuan riil apa yang dapat dilakukan. Hal ini tentu berkaitan pula dengan kondisi masyarakat yang belum seluruhnya melek politik dan mereka menjadikannya sebagai sasaran empuk. Politikus demagog juga melakukan marketing politik melalui media-media bayaran  dan tampaknya dunia jurnalistik banyak yang tertarik untuk menjadi marketing mereka. Beberapa media atau situs tampaknya dapat mereka kuasai dengan baik, berlaku sebagai penyambung propaganda dan  “komunikasi politik” mereka dan pencitraan sehingga terbentuk opini publik yang baik tentang diri mereka.

Namun kemenangan para politikus demagog yang berbasis pada pencitraan dan tipu-tipu,  pada akhirnya akan menyakiti masyarakat itu sendiri. Saat telah menguasai posisi yang diinginkan, masalah janji ditepati atau tidak, sesuai fakta atau tidak, bukan menjadi pertimbangan. Mereka dapat menyembunyikannya dalam permaianan kata. Penyederhanaan masalah seolah selesai dengan sebuah orasi. Maka bernarlah apa yang dikemukakan  Prof. Mahfud MD, bahwa “demagog adalah para orator ulung, terdiri dari pejabat negara yang pandai membuat citra baik, namun hakekatnya mereka membohongi rakyat” . Kelihaian politikus demagog yang bisa menjelma dalam seribu wajah dan beragam peran, demikian meyakinkan sehingga sulit bagi masyarakat untuk tidak mempercayai politikus tersebut tengah bermain peran.

Untuk meninabobokan masyarakat selama dalam masa kekuasaannya, para demagog mampu berlaku seolah sedang  memperjuangkan hak-hak dan kesejahteraan rakyat  padahal yang mereka lakukan semata adalah pengejaran kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mereka juga gemar memecah belah masyarakat dengan beragam issue dan kemudian hadir menjadi pahlawan untuk konflik-konflik yang sengaja mereka ciptakan. Maka selayaknya kita mewaspadai bagaimana cara-cara mereka melakukan politik adu domba dan bagaimana mereka melakukan pembiaran kebencian tumbuh berlarut-larut dalam masyarakat sementara mereka melangsungkan hajat pribadinya dengan tenang tanpa gangguan.

Referensi 

https://polkam.go.id/demagog-provokator-dan-motivator/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun