Mohon tunggu...
Herawati Suryanegara
Herawati Suryanegara Mohon Tunggu... Buruh - Penyuka Langit, penyuka senja.

aku... ya ...aku!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ironi dari Sebuah Gebyar Perpisahan Sekolah

22 Juni 2014   18:24 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:49 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Minggu-minggu ini nyaris setiap sekolah mengadakan acara perpisahan sekolah. Gebyar acara perpisahan memang terkadang memakan biaya puluhan hingga ratusan juta. Hal itu syah-syah saja dilakukan bila memang kemampuan sekolah mumpuni dan "keadilan" dilakoni.

Sebuah ironi yang saya perhatikan, saat sebuah sekolah dengan bangga dapat mendatangkan katakanlah seorang artis yang dibayar puluhan juta demi sebuah prestige yang dapat mengangkat nama baik sekolah, namun fihak sekolah lupa kalau banyak  orang malah mengeryitkan dahi dan menganggap sekolah tersebut "mercuasuar..!"

Bisa kita bayangkan, untuk mendatangkan bintang tamu, sekolah-sekolah rela mengeluarkan puluhan juta tetapi untuk mengembangkan aktivitas siswa, sangat perhitungan. Hal ini dirasakan oleh banyak guru dan terjadi di beberapa sekolah bahkan mungkin di banyak sekolah.

Saat pembiayaan untuk latihan persiapan dimana siswa-siswa juga berinisiatif mengisi acara, mereka dengan suka rela meluangkan banyak waktu disekolah , mereka berlatih dengan keras untuk bisa menampilkan sebuah karya seni atau bentuk kreativitas lain namun sekolah kurang apresiatif terhadap usaha mereka. fihak  sekolah tampak sangat perhitungan sekali. Dana diberikan boro-boro puluhan juta, jangankan untuk mendapat uang ganti transport atau konsumsi yang memadai , cukuplah dapat minum sudah untung. Ironi, sangat ironis sekali. Sekolah rela menggelontorkan uang untuk bintang tamu yang mengisi acara beberapa jam saja dan  berusaha maksimal menyenangkan mereka.

Mohon maaf, kadang pemilihan bintang tamu pun sering dirasa  tidak tepat dengan acara. Penulis menyaksikan pada sebuah sekolah yang mendatangkan bintang tamu dan kelihatan sekali bila sekolah tidak cerdas memilih. Apa yang disajikan adalah group lawak yang  hanya bikin tertawa garing.. bodor-bodoran yang tidak mendidik dan cenderung jorok, tidak layak ditampilkan disebuah tempat yang disebut sekolah.

Namun semua kembali pada kebijakan sekolah, Penulis hanya berharap bila sekolah bisa mengapresiasi para bintang tamu maka lebih layak lagi bila sekolah mau mengapresiasi kreativitas dan usaha siswa. Pergunakan dana sekolah baik yang berasal dari dana Boss ataupun partisipasi masyarakat sebanyak mungkin untuk kepentingan dan pengembangan potensi siswa itu sendiri. Bersikap dan bertindak adilah dengan para siswa karena kesuksesan sebuah sekolah bukan dilihat dari kemampuan mendatangkan bintang tamu saja tapi, bagaimana sekolah bisa mendukung para siswa mengembangkan potensinya, masyarakat sudah cerdas untuk menilai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun