1.
Butir air mata berjatuhan dari gadis remaja itu. Wajahnya cukup manis, kulitnya bersih dan rambutnya panjang,agak kriting. Bulu matanya tampak sangat panjang dan lentik . Ia memiliki mata yang indah .Ku biarkan gadis itu mencurahkan kegundahannya. Siang ini terasa begitu menggerahkan, keringatku pun menetes deras.
Kurasa mata ini mulai berkaca, hanyut dengan cerita yang Nani sampaikan. Aku paham , ia dalam kesulitan dan keputusasaan maka kubiarkan ia terus bercerita.
“lalu, berapa bulan sekarang usia kandunganmu ?” tanyaku setenang mungkin sambil menatap perutnya yang mulai menyembul jelas dibalik seragam putih birunya
“ kata bu bidan 6 bulan,bu..” jawabnya pelan dan terdengar memelas
Hmm… bagus juga anak ini mau memeriksakan kandungan. Terbayang, ia pergi seorang diri memeriksakan kandungan. Ibunya telah 8 tahun bekerja sebagai TKW di Saudi Arabia dan tak pernah terdengar kabar beritanya. Sebelum melakukan wawancara, aku sempatkan memeriksa filenya. Ku lihat pada akte kelahirannya , tertera nama ayahnya berbau warga negara asing dimana ibunya menjadi TKW. Ayah yang tak pernah ia lihat. Nani memang tinggal hanya berdua dengan sang nenek yang sudah renta .
“baik, sekarang apa rencana yang ada dibenakmu ..?”
“saya ingin menikah dan tetap bisa mengikuti Ujian nasional “ Nani menjawab dan menatapku penuh harap.
Duh.. hatiku menjadi kacau. Pembicaraan dengan sesama guru pada hari kemarin menghasilkan keputusan yang tak akan membuatnya senang. Nani tak diizinkan untuk mengikuti Ujian nasional meski pemerintah sendiri sudah kukatakan pada mereka, membolehkan siswa hamil untuk tetap bisa mengikuti ujian. Dengan berat hati kukatakan apa yang telah menjadi keputusan sekolah untuknya. Nani ternyata mau mengerti .
“ sekarang, ibu mau tanya.. siapa pria yang telah menghamilimu?” kurasa ini hal penting kutanyakan tanpa tekanan. Ku tunggu beberapa saat dan Nani tampak menghela nafas dalam-dalam. Ia terdiam dan tertunduk lama.
“ok, saya tak akan memaksamu mengatakannya kali ini atau mungkin kamu memang tak ingin ibu tahu lebih banyak. Satu hal yang harus kamu ingat, semua peristiwa ini bukan akhir dari segalanya. Saran ibu, jaga kesehatanmu dan juga jabang bayimu. Sekarang mari kita bersiap untuk pulang..” ujarku sambil mulai memasukan beberapa helai catatan dari atas meja kedalam tasku. Namun Nani tiba-tiba meraih tanganku, lalu memeluk erat dan menangis hingga tergucang bahunya.