Namaku Reza Aditya. Sekolah di SMA Harapan Nusa kelas XI. Ya, nama yg keren ya. Andai diriku bisa sekeren namaku. Akan tetapi sayang sekali, kenyataannya berkebalikan. Aku hanya lelaki bertampang standard orang kebanyakan. Yah, biasa saja. Dan celakanya, aku menyukai orang yang bener-bener jauh dari jangkauan. Tapi, ada pepatah, lelaki lebih cenderung melihat sedangkan perempuan lebih sering mendengar. Yang artinya kira-kira begini, lelaki itu tertarik pada wanita dari apa yg dia lihat (baca: fisik), sedang wanita lebih kepada yang dia dengar (baca: omongan/sikap). Well, kalau benar ini adanya, maka aku punya kesempatan untuk mendekati dia. Perempuan dari kelas sebelah itu benar-benar sempurna secara fisik menurutku. Cantik, tinggi, pintar, kepribadiannya juga oke. Ibarat kata, dimana ada mawar yg mewangi disanalah banyak kumbang. Dan, persaingan sungguh ketat untuk mendapatkan cinta seorang gadis sekelas Indah. Bener-bener persaingan, men!
Aku ingin bersaing seperti yg lainnya. Dengan rajin bbm, telpon, antar jemput si indah, komen fb status fbnya, mention twitternya. Tapi U Know What? Aku g cukup keberanian untuk melakukan itu semua. Aku takut terlalu jelas menyukai Indah. Walaupun aku dianggap cupu, cemen atau apalah istilah yg mereka gunakan. Tapi tetap aja, belum berani. Aku hanya berani mencintai secara diam-diam dari kejauhan. Kata orang ya, hal seperti ini hanya dilakukan seorang pecundang. Yah, terkadang untuk membuat kedua tangan bertepuk kita harus menyatukan keduanya terlebih dahulu. Dan dengan bersikap begini? Tidak mungkin kami akan bersatu, pernah ngobrol aja kagak pernah. Dan harapan itu menguap seiring berjalannya waktu.
***
Akhirnya kesempatan itu datang juga, ya. Moment yang aku tunggu selama ini. Aku bisa berdekatan dengan indah. Eit, jangan salah sangka dulu. Kami berdua terpilih mewakili sekolah dalam lomba olimpiade matematika tingkat propinsi. Otomatis hal ini akan mendekatkan ku pada dy. Yah sekurang-kurangnya bisa belajar bersama. Apakah aku belum pernah bilang? Aku adalah seorang jenius matematika. Aku bisa mengerjakan soal dengan tepat dan benar melebihi yg lainnya. Hanya itu yang menjadi kebanggaan ku. Karna tampang dan secara keuangan aku biasa saja. Tapi sungguh, hal ini sudah membuat ku senang. Dan memang benar, guru matematika ku mengadakan pertemuan 3 x seminggu dengan aku dan Indah dalam rangka persiapan olimpiade ini. Kami menargetkan harus juara 1 dan 2 tingkat propinsi. Karna memang di tahun-tahun sebelumnya sekolah kami dikenal dengan kejeniusan murid-muridnya dalam bidang olimpiade sains.
Kami melahap habis semua materi matematika dari soal-soal dasar seperti integral, logaritma, logikamatematika hingga ke soal-soal matematika yg super duper rumit. Aku menikmati setiap waktu ku bersama indah walaupun hanya sebatas bersama, dan sekurang-kurangnya dia tahu namaku. Dan juga aku dapat nomor hapenya dengan alasan nanti mau diskusi jadi lebih gampang. Sangat menyenangkan, ternyata indah itu orangnya asik. Benar-benar sempurna. Diam-diam, aku mulai mencari tahu kesukaannya, melihat setiap updaten status bbm, fb dan twitternya. Dan aku mulai mengoment apapun kegiatannya di jejaring sosial. Walaupun pada kenyataannya di dunia nyata biasa saja. Tapi di dunia virtual itu semua terasa sangat sangat dekat.
Sekarang, tiba lah saatnya perlombaan itu dimulai. Dan, kami berhasil! Aku juara 1 dan mewakili propinsi ke tingkat nasional. Sedangkan indah menjadi juara ke 2. Aku senang sekaligus sedih, aku senang karna hasil jerih payah kami berbuah manis. Sedangkan aku juga sedih karna ini berarti tiada lagi kebersamaanku dengan indah.
Pada hari itu aku check timeline, dy mention aku.
“selamat ya @reza_49 atas keberhasilannya”,
wah aku sangat senang tidak ketulungan. Tapi aku bukan tipikal lelaki yang bisa mengumbar perasaan.
***
Semenjak saat itu, sedikit demi sedikit aku kumpulkan keberanianku untuk mengajak indah hang out. Lama aku berpikir untuk mencari kata2 yg tepat bwt ngajak dy.
“hai ndah, keluar yuk. Mari kita rayakan keberhasilan kita”. Sent.