Jantungku berdegup kencang, Aku takut dy menolak ajakanku.
Beberapa saat kemudian, hape ku bergetar. 1 mail received!
“okay. Jemput gw jam 4 y”
Dan lagi perasaan ku g karuan. Aku memang pecundang yg g bisa mengungkapkan perasaannku. Akan tetapi sekurang-kurangnya aku sudah ada progress. Kami hang out bersama. Indah menceritaan kesukannya, bercerita tentang bagaimana menyebalkannya adik perempuannya, dy bercerita tentang keinginnanya untuk kuliah di bidang hukum. Dy ingin mengikuti jejak ayahnya menjadi seorang pengacara yang hebat. Aku memperhatikan setiap apapun yang dikatakan indah sampai detail. Aku senang dy bercerita lepas. Lama kelamaan, kegiatan ini semakin sering kami lakukan. Jalan berdua, bercerita panjang lebar dan bersenang-senang. Tidak terasa kami semakin akrab.
***
Di penghujung masa SMA, aku dan indah tetap akrab. Teman-temanku banyak yang salah kira kami sedang berpacaran. Padahal tidak sama sekali walaupun aku berharap hal itu terjadai. Akan tetapi aku sadar diri. Aku bukan siapa-siapa. Kami mulai memikirkan tentang masa depan. Aku mencoba memasukkan SNMPTN Undangan jurusan Asitektur di salah satu universitas kenamaan di kota Bandung. Sedang indah, mengambil SNMPTN Undangan ilmu hukum di Padang. Dy sebenarnya berharap kuliah ke Jakarta, tapi mengingat indah anak tunggal dan tidak diinkan ayah dan ibu merantau akhirnya indah memutuskan hal demikian. Dan sungguh suatu kebahagian, kami berdua lulus di jurusan yang diinginkan. Aku sangat senang. Dan akupun bertekad, sebelum kelulusan aku akan menyatakan perasaanku pada indah. Aku berusaha mengumpulkan segenap keberanianku.
Akan tetapi, sebelum aku sempat membicarakan hal tersebut disaat upacara kelulusan itu. Indah sudah menyatakan sesuatu yg sungguh miris buatku. Dia sudah menjalin hubungan dengan teman sekelasnya. Baru 1 minggu ini. Aku bingung antara senang dan sedih. Indah tidak pernah bercerita tentang sesosok pria yang kini menjadi kekasihnya.
Rasanya perih. Sebelum sempat mekar bunga cinta ku sudah layu. Aku sudah patah arang. Sebenarnya sangat kecewa. Aku hapus semua akses komunikasi kepada indah. Bukannya aku membencinya. Bukan. Cuma aku takut tidak bisa melupakannya. Beginilah nasib orang yang mencintai diam-diam. tentangnya akan tKapalnya kandas sebelum sempat berlayar. Dan buat ku, rasa ini akan dy hapus seiring perjalanannya menuju tanah perantauan. Selamat tinggal indah. Mencintaimu secara diam-diam sungguh menyakitkan.
Aku hanyalah butiran debu
yang mencintai dan kemudian berlalu lenyap disapu dawai angin
Aku hanyalah api
yang mencintai dan kemudian berlalu lenyap tersiram percikan air