Mohon tunggu...
Gadi Andara
Gadi Andara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Brawijaya

Himpunan Mahasiswa Pariwisata FIA UB

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Rekomendasi Destinasi Wisata di Yogyakarta by HIMAPAR FIA UB

9 Desember 2024   21:06 Diperbarui: 9 Desember 2024   21:07 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Safari pariwisata atau yang lebih sering disebut dengan Sapar adalah program kerja tahunan yang dimiliki oleh Himpunan Mahasiswa Pariwisata FIA UB atau biasa disebut dengan Himapar. Program kerja ini adalah proker milik departemen Tourism Development, divisi Corporate Social Responsibility. Tahun ini adalah safari pariwisata ke-7. Safari pariwisata berfokus pada mengeksplorasi beberapa destinasi wisata yang ada di kota tujuan tersebut dan nantinya kami akan membuat video youtube dan tiktok, postingan instagram, dan artikel yang diharapkan dapat membantu mempromosikan destinasi tersebut. Pada tahun ini safari pariwisata vol.7 pergi ke kota Yogyakarta dan melakukan kerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Pariwisata milik UGM atau yang biasa disebut dengan Himapa. Pada kesempatan ini kami ditemani oleh teman-teman divisi kelana dari Himapa. Dalam waktu tiga hari, kami berhasil mengunjungi delapan destinasi yang terdapat di Yogyakarta. Pada Sapar tahun ini juga kami membuat inovasi di mana kami membagi beberapa atraksi dengan spesifikasi alam, kuliner, dan sejarah.

Pada Selasa, 29 Oktober 2024 terdapat tiga destinasi yang kami kunjungi dengan spesifikasi tempat-tempat bersejarah. Kami mengunjungi Museum Ngayogyakarta Hadiningrat, Museum Wahanarata, dan Museum Sonobudoyo. Sebelum mengunjungi destinasi pertama, kami sarapan di Soto Bathok yang berlokasikan di seberang Alun-Alun Lor. Soto ini dapat dibilang unik karena mangkok yang digunakan berbahan batok kelapa. Maka dari itu, soto ini disebut dengan Soto Bathok. 

Destinasi pertama yang kami datangi, yaitu Museum Ngayogyakarta Hadiningrat. Museum Ngayogyakarta Hadiningrat adalah bagian dari kompleks Keraton Yogyakarta yang didirikan untuk melestarikan dan memamerkan berbagai koleksi milik Kesultanan Yogyakarta. Museum ini berlokasi di dalam Keraton Yogyakarta, yang terletak di pusat kota Yogyakarta, Indonesia. Didirikan pada abad ke-18 oleh Sultan Hamengkubuwono I, Keraton Yogyakarta adalah pusat pemerintahan dan kebudayaan Kesultanan Yogyakarta. Namun, perkembangan museum ini baru dimulai pada era Sultan Hamengkubuwono IX dan berkembang lebih jauh pada masa Sultan Hamengkubuwono X. Museum ini memiliki berbagai koleksi yang berharga, seperti senjata tradisional (keris, tombak, dan pedang), pakaian adat keraton, perhiasan, gamelan, dan berbagai barang seni serta benda pusaka yang memiliki nilai historis tinggi. Di Museum Ngayogyakarta juga memiliki larangan -- larangan bagi pengunjung, diantaranya tidak boleh tersenyum dengan memperlihatkan gigi, tangan tidak boleh diletakkan di pinggang, dan tidak boleh rangkulan dengan lawan jenis.

Museum Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Jl. Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta
Museum Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Jl. Rotowijayan Blok No. 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta

Lalu destinasi kedua yang kami kunjungi adalah Museum Wahanarata. Museum Wahanarata adalah sebuah museum yang menampilkan berbagai koleksi budaya, sejarah, dan seni yang menggambarkan perjalanan dan kekayaan warisan bangsa. Museum ini memiliki sejumlah pameran tetap dan pameran temporer yang diadakan untuk memperkenalkan pengunjung pada berbagai periode sejarah, seni tradisional, serta peninggalan kebudayaan yang berharga. Museum Wahanarata dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk kenyamanan pengunjung, termasuk area pameran yang nyaman, ruang multimedia, perpustakaan, toko suvenir, dan kafe. Museum ini juga menyediakan layanan tur berpemandu yang memberi informasi mendalam tentang setiap koleksi.

Museum Wahanarata, Jl. Rotowijayan, Kadipaten, Kraton, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta 55132
Museum Wahanarata, Jl. Rotowijayan, Kadipaten, Kraton, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta 55132

Destinasi yang terakhir yang kami datangi pada hari pertama di Yogyakarta adalah Museum Sonobudoyo. Museum Sonobudoyo adalah museum budaya dan sejarah di Yogyakarta, Indonesia, yang menampilkan berbagai koleksi tentang kebudayaan dan sejarah Jawa, Bali, Lombok, dan Madura. Museum ini terletak di Jalan Trikora No. 6, Alun-Alun Utara, dan merupakan salah satu museum dengan koleksi terlengkap di Indonesia, terutama dalam hal warisan budaya Jawa. Museum Sonobudoyo diresmikan pada tahun 1935 dan dikelola oleh Yayasan Java Instituut, sebuah organisasi yang berfokus pada studi sejarah, budaya, dan seni Jawa. Museum ini dirancang oleh arsitek Belanda Thomas Karsten dengan gaya arsitektur tradisional Jawa, dan didirikan sebagai sarana pendidikan serta pelestarian budaya. Museum Sonobudoyo memiliki koleksi beragam seperti keris, tombak, wayang kulit, wayang golek, serta alat-alat upacara adat, berbagai artefak seperti gerabah, peralatan batu, dan fosil yang menggambarkan kehidupan prasejarah di Jawa, perhiasan, batik, kain tenun, serta alat-alat musik tradisional, manuskrip berbahasa Jawa kuno dan Sanskerta. Di Museum Sonobudoyo, kita bisa mencoba praktek membatik dengan dikenai tarif sebesar sepuluh ribu rupiah saja. Museum Sonobudoyo juga menyediakan berbagai  media interaktif yang sangat menarik dan pastinya akan membuat para pengunjung tidak mudah bosan. 

Museum Sonobudoyo, Museum Sonobudoyo Unit I, Jl. Pangurakan No.6, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta 55122
Museum Sonobudoyo, Museum Sonobudoyo Unit I, Jl. Pangurakan No.6, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta City, Special Region of Yogyakarta 55122

Memasuki hari kedua kami di Yogyakarta, kami mengunjungi dua candi menarik yang ada di Yogyakarta. Destinasi yang kami datangi pertama adalah Candi Ratu Boko. Awalnya, kompleks Ratu Boko diperkirakan sebagai tempat tinggal atau istana. Berdasarkan prasasti Abhayagiri Wihara yang ditemukan di kompleks ini, situs ini diduga kuat dibangun oleh Rakai Panangkaran, seorang raja dari Dinasti Syailendra. Prasasti tersebut bertarikh 792 Masehi dan menunjukkan bahwa Rakai Panangkaran mendirikan kompleks ini sebagai wihara atau tempat pertapaan bagi umat Buddha. Namun, kemudian situs ini juga digunakan oleh umat Hindu, mengingat banyaknya peninggalan yang berkaitan dengan agama Hindu, seperti arca Durga, Ganesha, dan lingga-yoni. Nama Ratu Boko sering dikaitkan dengan legenda rakyat Jawa tentang Prabu Boko, seorang raja raksasa yang merupakan ayah dari Roro Jonggrang. Menurut cerita, Prabu Boko ingin menyerang kerajaan tetangganya namun dikalahkan oleh Bandung Bondowoso. Kisah ini menjadi bagian dari legenda yang melingkupi asal-usul Candi Prambanan dan tokoh Roro Jonggrang, yang kemudian dikutuk menjadi arca Durga di Candi Prambanan.

Candi Ratu Boko, l. Raya Piyungan-Prambanan No.2, Gatak, Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Candi Ratu Boko, l. Raya Piyungan-Prambanan No.2, Gatak, Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Destinasi terakhir yang kami datangi pada hari kedua adalah Candi Ijo. Candi Ijo adalah sebuah candi Hindu yang terletak di Bukit Ijo, Desa Sambirejo, Prambanan, Yogyakarta, dengan ketinggian sekitar 375 meter di atas permukaan laut, menjadikannya candi yang memiliki pemandangan indah. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi, pada masa pemerintahan Dinasti Mataram Kuno. Candi Ijo terdiri dari sejumlah bangunan candi yang tersebar di area yang luas, dengan struktur utama yang merupakan sebuah candi induk berukuran lebih besar, dikelilingi oleh beberapa candi kecil. Candi ini memiliki arsitektur yang cukup sederhana namun tetap memancarkan keanggunan, dengan relief-relief yang menggambarkan cerita-cerita Hindu. Candi Ijo juga dikenal sebagai tempat yang tepat untuk menikmati keindahan matahari terbenam (sunset) di Yogyakarta, karena posisinya yang strategis di atas bukit.

Candi Ijo, Jl. Candi Ijo, Nglengkong, Sambirejo, Prambanan, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta 55572
Candi Ijo, Jl. Candi Ijo, Nglengkong, Sambirejo, Prambanan, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta 55572

Tiba akhirnya pada hari terakhir kami berada di Yogyakarta untuk mengeksplorasi destinasi-destinasi menarik yang berada di kota pelajar ini. Hari terakhir ini kami berkunjung ke tiga destinasi menarik, yaitu Pasar Ngasem, Jadah Tempe, dan Pantai Wediombo. Seperti hari sebelumnya, kami akan sarapan terlebih dahulu sebelum memulai proker kami. Untuk hari ketiga ini kami sarapan di Pasar Ngasem yang berlokasikan di Jl. Polowijan No.11 Patehan, Kec.Kraton, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di pasar ini kami mencoba salah satu makanan yang dari namanya sendiri sudah membuat kami bertanya-tanya akan seperti apa rasa dan bentuk dari makanan tersebut. Setelah mengelilingi pasar akhirnya kami menemukan makanan yang kami cari, yaitu mie pentil. Mie pentil adalah salah satu makanan tradisional khas Yogyakarta. Hidangan ini terkenal karena keunikannya dalam tekstur, bentuk, dan cara penyajiannya. Nama "mie pentil" berasal dari bentuk mie yang kenyal dan sedikit elastis, yang mirip dengan tekstur "pentil" dalam bahasa Jawa, yang berarti kenyal atau elastis. Mie pentil dibuat dengan bahan dasar tepung tapioka dan sedikit tepung terigu, memberikan tekstur yang khas, lebih kenyal dibandingkan mie berbahan dasar tepung terigu saja. Pembuatan mie pentil melibatkan proses manual yang panjang dan pada akhirnya dapat menciptakan tekstur mie yang diingankan.

Mie Penthil, Pasar Ngasem Jl. Polowijan No.11 Patehan, Kec.Kraton, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mie Penthil, Pasar Ngasem Jl. Polowijan No.11 Patehan, Kec.Kraton, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jadah Tempe Mbah Carik adalah kuliner legendaris dari Kaliurang, Yogyakarta. Makanan khas ini terdiri dari dua komponen utama: jadah, yang merupakan kue tradisional dari ketan kukus dicampur kelapa parut dan ditumbuk halus, serta tempe bacem yang manis gurih. Perpaduan rasa gurih dari jadah dan manis gurih dari tempe bacem menjadikan hidangan ini unik dan populer sebagai camilan. Awalnya, jadah tempe ini hanya diperuntukkan bagi kerabat dan warga setempat, tetapi seiring waktu, popularitasnya berkembang hingga menarik wisatawan yang berkunjung ke kawasan Gunung Merapi. Rasa khas dari jadah tempe ini berasal dari resep asli yang diwariskan turun-temurun dan tetap dipertahankan keasliannya. Dalam proses pembuatannya, jadah ketan dimasak dengan teknik tradisional tanpa bahan pengawet. Sedangkan tempe bacemnya dibumbui dengan gula kelapa dan rempah-rempah lokal yang memberikan rasa manis khas. Kualitas dan kesederhanaan dalam pembuatannya menjadi daya tarik tersendiri. Kini, Jadah Tempe Mbah Carik dikelola oleh generasi penerusnya, yang terus menjaga cita rasa aslinya meski menghadapi tantangan modernisasi. Hidangan ini juga kerap dijadikan oleh-oleh khas dari Yogyakarta, khususnya bagi wisatawan yang mengunjungi Kaliurang dan kawasan wisata Gunung Merapi.

Jedah Tempe Mbah Carik, Kaliurang St Jl. Degolan No.KM.15, Legolan, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta 55584
Jedah Tempe Mbah Carik, Kaliurang St Jl. Degolan No.KM.15, Legolan, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman Regency, Special Region of Yogyakarta 55584

Pantai Wediombo berjarak 70km dari kota dan membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 jam perjalanan untuk menuju ke pantai. Pantai ini terkenal dengan keindahan alamnya yang masih alami dan suasana yang tenang, menjadikannya tempat yang ideal untuk berwisata bagi mereka yang mencari ketenangan. Wediombo memiliki karakteristik pantai berpasir putih yang luas, dikelilingi oleh tebing-tebing karst yang menjulang tinggi. Ombaknya yang cukup besar membuat pantai ini populer di kalangan para peselancar, meskipun tetap aman untuk berenang di beberapa bagian tertentu. Selain itu, keindahan bawah laut di sekitar Pantai Wediombo juga menjadi daya tarik bagi para penyelam dan peminat snorkeling. Pemandangan matahari terbenam di sini juga sangat memukau, menambah daya tarik pantai ini sebagai destinasi wisata yang memikat.

Pantai Wediombo
Pantai Wediombo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun