10 kutukan terlontar dari dalam sanubari, 10 umpatan terucap dari gemetarnya bibir. Emosi, jengkel, membodohi kelalalaian diri sendiri. Hari itu jum'at kliwon disuatu keramaian yang menyita mata dan mempetakan pikiran untuk pokus memperhatikan yang tersaji dalam keramamaian tersebut. Pesta rakyat di alun-alun kota.
10 Umpatan yang tanpa tersadar pengaruh emosi keluar dari bibir bergetar, telah mengusik beberapa orang yang berada disamping saya.
" Kenapa Mas..... " Â celetuk lelaki sebaya disebelah kanan.
" Dompetnya antik Mas... " Seloroh wanita sexy disamping kiri saya.
" Maksudnya apa ini pak.... "Â Â Hardik pramuniaga cantik di depan saya....
" Hahahaha.....  hihihih,,,,, khihkhihki.... " Beragam suara tertawa dari orang -orang yang melingkari counter pedagang yang sedang bertransaksi.
Sementara istri, persis berada dibelakang saya membentuk antrian, kurang begitu paham, apa yang sedang dialami oleh suaminya. Merah padam, kemudian berubah pucat pasi wajah ini, terlihat dicermin counter-stand handphone. Sang istri terusik demi melihat suaminya sibuk, dan kebingungan merogoh semua kantong yang ada dicelananya. ( Tidak termasuk kantong rahasia dibalik jeans ... hehehe sempak bung )
" Ada apa Pa... kayak orang bingung. "Â Kata istriku sambil membenarkan tali gendongan sikecil.
" Dompet Papa Ma... " Entah apa reaksi wajah istri, karena konsentrasi masih didepan berhadapan langsung dengan pramuniaga cantik yang lengannya masih memegang sesuatu menjulur kesal kearah saya.
" Ooh...maaf - maaf mbak, tidak ada maksud apa-apa, sungguh mohon maaf, dompet saya kecopetan " jawab saya tersipu menahan malu.
" Saya prihatin dengan yang bapak alami, tapi ini bukan dompet, ini pembalut wanita.. " jawab pramuniaga, antara mau tertawa tapi ditahan.