Mohon tunggu...
Gacoor
Gacoor Mohon Tunggu... Buruh - Lelaki

Hari ini harus berhasil, besok harus dapat, lusa akan memetik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapapun Presiden AS Negara Ini Tetap Menangis

10 November 2016   23:55 Diperbarui: 11 November 2016   00:03 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang dahulu menangis ketika Trump memenangi pilpres AS.  Apakah pendukung Hillary.....? bukan, atau mungkin Obama.....? juga bukan, bahkan Obama orang yang pertama mengucapkan selamat buat Trump, dan akan mengundangnya ke Gedung Putuh. 

Yang lebih dahulu menangis akibat kegembiraan yang begitu dalam adalah Israel, ya  Israel. Dan tetapi yang betul - betul menangis karena Trump sebagai presiden terpilih AS adalah Palestina.   Palestina menangis akibat dari rasa yang hampa, hampa dari  harapan yang belum terwujud,  akibat dari rasa yang begitu tertindas selama ini. Dari presiden berambut pirang, kulit putih kemerahan,  sampai berkulit hitam, tidak ada satupun presiden-presiden AS terpilih yang membuat Palestina berdaulat. Palestina tetap dibuat porak poranda.

Trump yang kontroversial pandangannya terhadap Islam, akankah mendobrak kebijakan presiden pendahulunya , baik dari Demokrat ataupun Replubik terhadap Palestina...?  Mungkin hanya waktu yang bisa menjawab. Selama ini PBB dalam hak veto yang tidak demokratis yang dimiliki AS slalu dijadikan senjata  ampuh buat membungkam cita-cita Palestina. Yaitu, cita-cita mempunyai kedaulatan penuh di PBB.  sama seperti negara yang lainnya. 

Isu dunia tentang Israel dan Palestina  adalah isu sulit dalam tatanan dunia, terutama menyangkut Yerusalem.  Bangsa Palestina memandang Yerusalem adalah sebagai masa depan dan ibukota negri.  Sedangkan Israel secara sepihak menganggap Yerusalem adalah suatu wilayah yang tak terpisahkan dari Israel.  Dua entitas politik, yaitu wilayah pendudukan Israel dan otoritas nasional Plastina. Pada tahun 2012 pengakuan hasil voting di PBB dari 193 negara atas kemerdekaan Palestina, belum bisa membuat rakyat Palestina tidur dengan nyenyak. Arogansi AS dan sekutunya Israel,  sepak terjang politiknya, masih mendominasi yang tidak menguntungkan buat Palestina. 

Ingat pernyataan DT pada saat kampanye, apabila dia terpilih menjadi presiden AS  bakal mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel.  Melihat gelagat seperti itu, bisa kemungkinan kebijakan politik DT yang akan diberikan atas timur tengah, pastinya tetap akan menguntungkan Israel. Sepertinya DT akan lebih kontroversi atas kebijakan politiknya di timur tengah. 

Timbul pertanyaan.... apakah kebijakan presiden AS sebelum DT menguntungkan Palestina.... ? Juga tidak.  

Palestina tetap harus berjuang keras atas kedaulatannya yang utuh. Dan akankah hak Veto di PBB yang tidak demokratis, hak veto yang tidak cocok lagi dipertahankan dengan perkembangan dunia saat ini bisa terhapus oleh dobrakan ratusan negara yang di ilhami oleh sebuah nama ' Palestina '  sekali lagi, mungkin hanya waktu yang bisa menjawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun