Kota Medan adalah kota yang mengalami pertumbuhan yang terletak di dua wilayah satelitnya yakni Binjai dan Deli Serdang. Akibat dari pertumbuhan fisik kota ini menciptakan migrasi yang berakibat pada meningkatnya jumlah penduduk dan munculnya kawasan-kawasan baru di daerah pinggiran. Tingginya pertumbuhan penduduk meningkatkan produksi sampah domestik.
Sampah domestik merupakan salah satu isu lingkungan yang paling mendesak di Indonesia dan dunia. Dihasilkan dari berbagai aktivitas rumah tangga, seperti memasak, membersihkan rumah, dan berkebun, sampah domestik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif jika tidak dikelola dengan baik.
Sama halnya yang terjadi di depan sebuah rumah kosong yang berlokasi di Jalan sering, Kabupaten Deli serdang. Masyarakat setempat memiliki kebiasaan membuang sampah-sampah mereka kedepan rumah kosong tersebut. Tidak jarang orang dari luar tempat tinggal juga ikut membuang sampah disitu. Hal ini tentunya sangat disayangkan, terlebih rumah kosong ini berada di pinggir jalan. Tidak jarang jika terjadi curah hujan tinggi sampah-sampah ini menutup selokan sehingga mengakibatkan banjir. Hal paling ditakuti adalah saat banjir, sampah-sampah ini mengapung dan berserakan dimana-mana. Tentunya hal ini sangat dikhawatirkan dapat membawa penyakit dan mengancam kesehatan.
Jika tetap berpegang pada kebiasaan, sampah domestik dapat menimbulkan berbagai permasalahan dan dampak negatif yang signifikan. Berikut beberapa permasalahan utama yang timbul dari sampah domestik
1. Pencemaran Lingkungan:
- Pencemaran udara: Sampah domestik, terutama sampah plastik, dapat mencemari air tanah dan sungai ketika dibuang sembarangan. Hal ini dapat membahayakan biota udara dan manusia yang mengkonsumsi udara yang terkontaminasi.
- Pencemaran tanah: Sampah organik yang membusuk di TPA dapat menghasilkan gas metana, yang merupakan gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Selain itu, sampah yang mengandung bahan berbahaya seperti baterai dan kucing dapat membahayakan kesehatan manusia.
- Kerusakan habitat: Tumpukan sampah di TPA dapat merusak habitat alami flora dan fauna. Hal ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan membahayakan keanekaragaman hayati.
2. Dampak Kesehatan:
- Penyebaran penyakit: Sampah yang menumpuk dan tidak dikelola dengan baik dapat menjadi tempat berkembang biaknya vektor penyakit seperti nyamuk dan tikus. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit seperti demam berdarah, malaria, dan leptospirosis.
- Kontaminasi makanan: Sampah yang mencemari udara dan tanah dapat terkontaminasi pada tanaman dan hewan yang dikonsumsi manusia. Hal ini dapat menyebabkan berbagai penyakit pencernaan dan keracunan makanan.
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik menghambat upaya pengurangan dan daur ulang. Pemerintah harus mengambil langkah terdepan dengan menyediakan infrastruktur pengelolaan sampah seperti pembuangan sementara (TPS) dan fasilitas daur ulang. Dengan memahami berbagai aspek terkait sampah domestik, kita dapat bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HIngat, setiap langkah kecil dalam mengelola sampah rumah tangga dapat membawa dampak besar bagi kelestarian bumi. Mari jadikan kebiasaan ini sebagai gaya hidup, demi masa depan yang lebih hijau dan lestari.