Mohon tunggu...
Gaby Ogisa
Gaby Ogisa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kritik Hari Ini

31 Januari 2018   09:52 Diperbarui: 31 Januari 2018   09:58 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Eh, lu sipit, dasar."

"Dasar kafir!"

"Pemimpin tu ya harus seiman, bro! Jangan mau sama yang kafir."

            Permasalahan yang sering ditemui di Indonesia. Kalimat yang menyinggung beberapa golongan dan menyebarkan kebencian di dalamnya. Mungkin sebagian dari kita menganggap bahwa ini hanya kalimat candaan yang tidak perlu diambil hati. Tapi bagi mereka yang merasa 'dibercandakan', hal tersebut bukan sebatas gurauan saja. Kalimat-kalimat serta lontaran-lontaran rasis itu membuat diri mereka merasa disingkirkan. Terlebih untuk kaum minoritas yang semakin menganggap bahwa mereka tidak bisa diterima oleh masyarakat.

            Terdengar sepele,kan? Namun itu masalah besar, bung! Ini Indonesia. Negeri yang terkenal dengan keberagaman suku, budaya, ras, serta agama. Negeri yang seharusnya penuh dengan toleransi di setiap jengkal daerahnya. Tapi, keyantaan berbalik. Toleransi sangat mahal jika kita ingin melihatnya. Banyak oknum tidak bertanggung jawab yang menggunakan isu sensitif sebagai pemecah kebhinekaan Indonesia. 

Mulai dari obrolan langsung, media cetak, hingga yang paling ampuh, di sebar di media sosial. Karena di sanalah manusia dari antargenerasi saling berkomunikasi dan saling bertukar-pikiran. Hingga tidak jarang menimbulkan perdebatan sengit, yang menjadi celah apik bagi oknum tidak bertanggung jawab itu untuk memecah belak hingga menjadikan rakyat Indonesia membentuk beberapa kubu ( yang sebenarnya ) cuma wasting time di medsos.

            Siapa yang patut disalahkan? Globalisasi? Westernisasi tanpa penyaringan? Bukan. Mereka hanya media perantara sekaligus kambing hitam saja. Masih segar diingatan kita tentang kelompok penyebar kebencian 'Saracen' bukan? Ya, mereka adalah salah satu dalang di balik bagaimana rusuh, rasis, dan tidak tolerannya Indonesia sekarang. Sambil menyelam minum air, seperti itulah kelompok semacam 'Saracen'. Menjatuhkan beberapa oknum sekaligus menciptakan Indonesia dengan pihak mayoritas lah yang berkuasa. Akibatnya muncul rasa tidak aman dan gelisah kaum minoritas. Padahal seperti yang kita ketahui, negara seharusnya menjadi tempat aman warganya dan bisa melindungi warganya.

            Tak bisa dipungkiri, jika keadaan membahayakan ini terus berlanjut tanpa ada phika yang berusaha menghentikan, Indonesia bisa menjadi negara paling tidak aman di dunia. Jangan kaget jika di masa depan rasis adalah hal umum yang sering kita jumpai. Jangan kaget jika di masa depan hanya ada satu golongan saja yang berkuasa. Jangan kaget jika di masa depan rasa nasionalisme dan cinta tanah air hampir luntur. 

Tidak ada cinta dalam keberagaman. Tidak ada rasa toleransi antar umat. Padahal di masa lalu, Indonesia dibentuk atas dasar perbedaan yang mampu disatukan dengan semangat kemerdekaan. Jangan sampai usaha berat dan penuh perjuangan itu dihancurkan dalam sekejap mata oleh pihak yang mengatasnamakan SARA secara tidak bertanggung jawab.

            Dan kita sebagai generasi muda terpelajar, hendaknya tidak terpengaruh dengan berita-berita yang mampu memecah bangsa. Sebagai generasi cerdas, kita harus bisa memilih dan menganalisa apa yang disebarkan orang-orang,  terutama yang menyinggung SARA. Karena SARA adalah senjata paling ampuh bagaimana sebuah bangsa bisa bersatu maupun runtuh sia-sia. Jangan termakan hoax atau sesuatu yang sekiranya menjatuhkan pihak lain secara tidak berdasar. Mari hapus rasis dan tegakkan toleransi!

           

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun