Mohon tunggu...
Gabriella Adientya
Gabriella Adientya Mohon Tunggu... -

Saya Mahasiswa UNDIP- Fakultas Kedokteran - Program Studi Ilmu Keperawatan 08'- yang selalu ingin Belajar - Mohon Bimbingannya

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Langkah Praktis Penanganan Kejang Demam Anak

22 April 2011   14:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:31 1952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13034832851900250289

Dear, 22 April 2011 Saya datang lagi dengan membawa laporan laboratorium "Part II" kepada kompasianer semua, begitu sia - sia ketika laporan ini hanya sebagai pelengkap syarat keluarnya nilai Keperawatan Anak saya ataukah ini hanya sebuah alibi saya saja, karena tidak mempunyai bahan untuk menulis. Semua penilaian ada di tangan Anda. Berkaitan dengan Demam yang hampir semua balita mengalaminya dan terdengar sangat familiar di telinga kaum awam sekalipun, namun jangan sekali - kali memandang remeh kasus ini. Komplikasi yang nyata dan memiliki resiko cukup tinggi sebagai akibat dari demam adalah bangkitnya Kejang pada anak, sering juga disebut dengan Kejang Demam " febrile convulsion". Lalu Bagaimana Penanganan Awal yang kita lakukan jika menghadapi anak dengan kejang demam?

1.Tidurkan anak pada tempat yang rata, nyaman, dan aman. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko terjadinya cidera pada klien.

2.Bebaskan jalan napas anak, dengan melonggarkan atau melepaskan pakaiannya Karena pada saat terjadinya kejang, metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen pada klien akan meningkat., yang berakibat pada meningkatnya panas tubuh, melepaskan pakaian bertujuan untuk memaksimalkan proses pelepasan panas dari tubuh ke lingkungan.

3.Tidurkan anak pada posisi terlentang, berikan spatel lidah diantara gigi anak untuk menghindari dari trauma, baik itu trauma/luka lidah, gigi dah bibir anak.

4.Posisikan anak miring kiri dengan posisi kepala fleksi, untuk mencegah :

a.Aspirasi lidah, sehingga jalan napas anak tetap paten

b.Tersedak pada anak, sebab dalam kondisi demam otak menstimulus untuk memproduksi air ludah lebih banyak. Jika keluaran air ludah maupun cairan lain pada anak terlalu banyak dan beresiko mengganggu bersihan jalan napas anak, maka dapat dilakukan tindakan suction.

c.Aspirasi lambung atau masuknya cairan lambung ke dalam trakea, yang dapat berakibat pada berhentinya napas anak (dipsnea). Secara anatomi kantong lambung berada di sebelah kiri, ketika anak diposisikan miring kiri, maka cairan lambung akan lebih sukar keluar dan masuk dalam paru - paru.

5.Hindari tindakan merestren klien (memfiksasi anak, dengan membuat ikatan pada tangan dan kaki sehingga anak tidak dapat bergerak), sebab tindakan restren dapat menimbulkan cidera pada anak dengan kejang. Hal yang dapat kita lakukan adalah memegangi kedua tangan klien, tanpa melakukan tindakan melawan tetapi mengikuti gerakan otot skelet atau gerakan anak saat kejang.

6.Lakukan tindakan kolaborasi dengan pemberian diazepam melalui intravena dengan dosis 0,3-0.5 mg/KgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20mg. Bila kejang berhenti sebelum obat habis hentikan penyuntikan, lanjutkan dengan fenobarbitol diberikan langsung setelah kejang berhenti. Jika kesulitan memberikan obat anti kejang melali intravena, pemberian obat paling efektif yaitu melalui supositureal.

7.Pantau tingkat kesadaran dan TTV dari anak, jika anak tidak sadarkan diri setelah terjadinya kejang selama 5 – 10 menit merupakan hal yang normal, sebab kejang menguras banyak tenaga. Saat anak sadar, kita harus segera orientasikan anak dengan lingkungan, sebab pada saat kejang ada beberapa memori dari anak yang akan hilang.

8.Jika kejang berhenti, lakukan kembali water tepid sponging atau kompres hangat pada anak untuk menurunkan demamnya dan mencegah resiko kejang berulang.

Semoga Bermanfaat,.Terima Kasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun