Ramai dibahas di TV, digital newspaper dan media sosial bahwa akan ada Typhoon Nepartak menghantam Taiwan pada Hari Jumat 8 Juli 2016 lalu. Bagi para penduduk Taiwan, kasus ini agak aneh karena biasanya storm month (bulan badai/typhoon) adalah akhir summer yakni Agustus-September. Dengan hal ini pun semua penduduk Taiwan sadar bahwa green house effect dan global warming berwujud nyata pada kehidupan sehari-hari. Dosen saya pun meliburkan semua mahasiswanya dari lab dan menyuruh untuk mempersiapkan makanan sebanyak mungkin dan be safe. Selain itu, International Affair di kampus saya pun mengirimi email pada setiap mahasiswanya untuk memberikan peringatan.

Yeah, now, I just survived from my first tyhoon in Taiwan. Typhoon Nepartak.
Sebelum typhoon, saya dan teman-teman dari PPI NPUST Taiwan sudah membaca dan saling mengingatkan tentang detail typhoon yang akan datang. Banyak sekali website yang memberikan informasi. Jadi, sebagai mahasiswa asing di sini, kita dituntut smart, aware, siap dan tenang menghadapi bencana. Salah satunya adalah rajin-rajin memantau website BMKG versi Taiwan, yakni Central Weather Bureau.Â
Hari itu saya tidur di lantai dua asrama kampus. Dengan demikian saya bisa melihat dengan jelas bagaimana kencangnya angin hingga mematahkan ranting-ranting dan pohon, bagaimana bergoyangnya pohon-pohon di fakultas lain, bagaimana awan hitam datang hingga burung-burung yang terbang kebingungan. Meskipun terjadi di pagi hingga siang hari, matahari tak sedikit pun bertamu ke daratan ini. Rasa syukur datang ketika melihat video-video pada hashtag #typhoonnepartak di instagram. Ternyata di provinsi tempat saya tinggal ini typhoon-nya terhitung kalem. Hehe. Ternyata banyak sekali video live report dari Provinsi lain yang jauh lebih parah di instagram. Allahu Akbar.. Alhamdulillah.... Semoga yang berada di Taitung dipermudah dan diberikan keselamatan. Aamiin.
Dikarenakan Taiwan sering mengalami bencana typhoon, maka seluruh bangunan, tipe peringatan, mitigasi bencana dan pengurusan pasca bencana telah tertata sangat rapi dan membuat penduduk nyaman. Bapak-Ibu yang akan menyekolahkan anaknya ke daerah Asia Timur tidak perlu khawatir dengan bencana ini karena Pemerintah Taiwan telah memberikan upaya terbesar bagi penduduk lokal dan mahasiswa internasional untuk keamanan mereka. Adapun dari cerita-cerita sebelumnya, yang menjadi korban terkadang adalah penduduk atau mahasiswa yang membandel, karena pemerintah telah memberikan warning besar-besaran dan detail sehingga membuat pemerintah tidak dapat disalahkan bila terjadi sesuatu yang fatal. Namun, Allahua'lam..
Di dormitory NPUST sempat terjadi mati lampu, air mati, air dispenser mati, wifi mati (perlu banget disebut hehe), dan sinyal HP yang mati (sepertinya tower-nya ambruk). Pukul 3 siang (meskipun masih gerimis), saya dan salah seorang teman yang sama-sama kelaparan :D. Kami berangkat mencari makan dan minum keluar gate kampus. Di sepanjang perjalanan, kami pun kaget melihat betapa porak porandanya pepohonan di kampus kami. Alhamdulillah, meskipun begitu semua bangunan yang anti gempa dan anti badai tetap berdiri kokoh.



- Beli makanan yang siap makan: seperti roti tawar, roti isi, onigiri. Kalau gak biasa makan roti, masak nasi sebelum jadwal typhoon datang (in case listrik mati). Kalau punya kompor mini dan gas mini malah lebih baik :)
- Charge laptop full. In case listrik mati jadi tetap bisa mengerjakan tugas atau nulis buat Kompasiana (hehe)
- Parkirkan kendaraan di tempat yang sangat aman. Bawa helm masuk ke dalam kamar
- Kabari orang tua dan orang terdekat kalau mau ada bencana, supaya mereka ndak bingung. In case wifi dan sinyal hilang (true story)
- Berkumpul dengan teman dalam satu kamar yang sama (in case something happen)
- Charge lampu emergency full. dan Charge HP full
- Kumpulkan air dalam timba (based on my friend), in case air mati dan mau ke toilet
Anyway, percayalah, semua terjadi atas kehendak Allah.
NPUST, 10 Juli 2016.