Mohon tunggu...
Gabriel Pramaditya
Gabriel Pramaditya Mohon Tunggu... Editor - kolese kanisius

orang yang lebih ga ngerti daripada yang ngerti

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ekskursi, Toleransi dengan Pesantren

22 November 2024   01:00 Diperbarui: 22 November 2024   04:35 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Ekskursi 2024,pesantren Al Mizan

Kegiatan ekskursi, adalah metode pembelajaran yang efektif untuk memperkenalkan siswa pada berbagai aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai toleransi. Dalam konteks ini, ekskursi yang diadakan oleh Kolese Kanisius ke pondok pesantren memberikan kesempatan bagi murid untuk berdinamika dengan para santri dan santriwati.

Melalui interaksi langsung, siswa dapat belajar untuk menghargai perbedaan budaya, agama, dan pandangan hidup. Aspek ini sangatlah penting bagi orang muda indonesia di masa depan ,karena indonesia adalah negara yang dipenuhi oleh keberagaman budaya,agama, dan perspektif.Pemahaman terhadap perbedaan- perbedaan ini adalah langkah awal untuk membangun masyarakat harmonis dan sejahtera.

 Dalam pengalaman ekskursi ini, siswa tidak hanya berkunjung sebagai pengamat, tetapi juga sebagai peserta aktif dalam kegiatan sehari-hari di pondok pesantren. Mereka terlibat dalam berbagai aktivitas, mulai dari tutor sebaya , makan bersama dan ngaji bersama.Pengalaman ini membuat ruang kepada murid untuk mengerti perspektif pesantri, beradaptasi, dan mengembangkan sikap saling menghormati.

Seperti yang diungkapkan Nelson Mandela, "No one is born hating another person because of the color of his skin, or his background, or his religion." Ini menunjukkan bahwa sikap toleransi bisa dilatih dari melewati pengalaman yang terjadi. 

Setelah kembali dari ekskursi tersebut, para siswa diundang untuk melakukan refleksi tentang pengalaman yang mereka alami. Dalam sesi diskusi, mereka berbagi perasaan dan pemikiran yang muncul selama kegiatan. 

Banyak dari mereka mengungkapkan rasa syukur karena telah diberi kesempatan untuk belajar langsung tentang budaya dan agama yang berbeda.Refleksi ini menjadi momen penting bagi mereka untuk menyadari bahwa toleransi bukan hanya tentang menerima perbedaan, tetapi juga tentang membangun hubungan yang saling menguntungkan dan memperkaya satu sama lain. 

Dengan demikian, ekskursi ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga membentuk karakter siswa menjadi individu yang lebih toleran dan siap menghadapi tantangan global di masa depan. 

Toleransi yang diajarkan di sekolah seringkali bersifat teoritis, sedangkan pengalaman di pondok pesantren memberikan konteks praktis yang lebih mendalam. Di sekolah, siswa mungkin belajar tentang pentingnya menghargai perbedaan melalui diskusi atau pelajaran sejarah. Namun, saat berada di pondok pesantren, mereka mengalami langsung bagaimana hidup dalam keragaman. 

Perbandingan ini menunjukkan bahwa pendidikan toleransi harus melibatkan pengalaman nyata. Di sekolah, siswa mungkin diajarkan untuk tidak membedakan teman berdasarkan agama atau suku. 

Namun, ketika mereka berinteraksi dengan santri dari latar belakang yang berbeda, mereka belajar untuk mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, ekskursi menjadi alat yang efektif untuk memperkuat pemahaman toleransi melalui pengalaman langsung. 

Dalam keseluruhan aktivitas ekskursi ini, para siswa diajak untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, seperti shalat berjamaah dan diskusi mengenai nilai-nilai keagamaan. Salah satunya, mereka diajak bercerita mengenai tradisi masing-masing. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun