Mohon tunggu...
Gabriel Lintang
Gabriel Lintang Mohon Tunggu... Freelancer - Suka nulis, jarang ngoceh, kadang membaca

Orang yang ngambil jurusan bahasa waktu SMA dan masuk ke prodi ilmu komunikasi di perguruan tinggi. Bisa berbicara 4 bahasa (Indonesia - Jawa - Inggris - Jepang)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sekolah Wajib Berangkat Pagi, Salah atau Sangat Salah?

8 April 2021   07:15 Diperbarui: 8 April 2021   07:30 1969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://setara-institute.org/

Setiap individu yang tinggal di Indonesia mayoritas pernah menginjakkan kaki di sekolah, dan saat itu juga mereka harus bangun pagi untuk berangkat ke sekolah, mulai dari SD, SMP, sampai SMA pun sekolah menetapkan  waktu masuk jam pelajaran pertama rata-rata pukul 7 pagi. Karena penulis sudah masuk ke jenjang perguruan tinggi, maka penulis berikan tanggapan mengenai sekolah yang mewajibkan masuk pagi.

Begini saja, anggaplah kita bangun jam 6 pagi lalu segera mandi agar mata tubuh tidak mengantuk hingga pukul 6:10, lalu sarapan hingga pukul 6:25. Kemudian langsung berangkat ke sekolah dan sampai sekitar 10 menit kemudian. Cukup simpel dan tidak banyak masalah. Itu apabila rumahnya dekat, beda cerita dengan yang rumahnya jauh dari sekolah. Mereka harus bangun lebih awal seperti misal jam 5 pagi, lalu siap-siap dan berangkat pukul setengah 6 agar tidak terlambat. Kemudian sampai sekolah pukul setengah 7 pagi.

Apakah itu adil? Seorang siswa yang rumahnya dekat merasa badannya lebih bugar karena tidurnya cukup dan dia tidak mengalami "jet lag" karena ia tidak berkendara dengan waktu yang lama. Bagaimana dengan siswa rumahnya jauh? Penulis punya cerita. Saat SMA dulu, penulis punya teman yang jarak rumahnya sekitar 30 kilometer dari sekolah. 

Saat akan berangkat, ia harus naik bis yang biasanya lewat pukul 5:15 pagi lalu turun di terminal satu jam kemudian untuk mengambil angkot. Sampai di sekolah pun nampaknya ia memang biasa saja, namun saat pelajaran berlangsung ia terlihat sangat letih dan tidak fokus dengan penjelasan guru. Apakah itu bisa disebut sebagai pembelajaran efektif bagi para murid?

Lalu ada yang beranggapan bahwa seseorang yang memiliki rumah jauh seharusnya tidur lebih awal karena tahu bahwa ia harus berangkat awal ke sekolah besok. Memang benar, tapi apakah kalian tidak pernah memikirkan pekerjaan rumah yang diberikan oleh bapak atau ibu guru? Sebanyak apa tugasnya, lalu sesulit apa tugasnya. Apakah para pengajar pernah memikirkan hal tersebut, apakah pernyataan tadi hanya alasan agar dapat bangun lebih siang? Tunggu sebentar, masih ada lagi bukti bahwa berangkat sekolah lebih siang dari lebih baik dibandingkan berangkat pagi.

Dilansir dari Jurnaba.co, menurut ahli neurosains dari The Open University UK, Paul Kelley, mengatakan bahwa remaja sulit bangun pagi memang menjadi masalah di berbagai negara, karena itu berangkat sekolah di pagi hari merupakan cara yang salah. Menurutnya sendiri, remaja yang mengalami pubertas mengalami waktu yang berbeda. Mereka biasanya tidur lebih malam hingga mengalami bangun kesiangan. Kelley sendiri sudah melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Ia berkata bahwa mengubah jam awal bersekolah menjadi pukul 10 pagi dapat mengurangi penyakit dan meningkatkan kinerja akademik.

Pernyataan tersebut tidak salah. Pasalnya memang jika diri kita kekurangan waktu tidur, maka tubuh akan terasa lebih lemah dari biasanya dan daya tangkap kita pun mengurang drastis sehingga kita tidak fokus. Pada masa pubertas, biasanya tubuh remaja mengalami pergeseran waktu tidur hingga dua jam, mungkin bisa lebih. Mereka biasanya sulit tidur kurang dari jam 12 malam. 

Karena alasan-alasan di atas, sebaiknya jam masuk sekolah disesuaikan dengan kebutuhan remaja melalui penelitian terlebih dahulu agar mendapat hasil seperti yang diharapkan. Walau tidak mudah, setidaknya Indonesia sendiri harus mencoba seperti negara-negara yang sudah menetapkan jam masuk lebih siang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun