Tristy memiliki keluarga kecil. Setiap harinya, ayah dan ibu bekerja keras tanpa hentinya. Pergi pagi pulang malam tidak mengenal waktu. Tristy memiliki 2 adik kembar yang masih duduk dibangku SD. Walaupun keluarga kecilnya lengkap, Tristy hampir tak pernah merasakan kasih sayang ayah dan ibu, mereka seperti absen dalam kehidupannya.Â
Saat ayah dan ibu di rumah, mereka selalu mencurahkan seluruh perhatian mereka kepada si kembar. Sedangkan Tristy, dilupakan. Seakan-akan Tristy hanyalah bayangan. Ketidakadilan ini sering membuat Tristy merasa tersingkirkan. Ayah dan ibu hanya memberikan seluruh waktu luang mereka kepada si kembar.
Tiba saatnya yang dia tunggu-tunggu, dimana Tristy berulang tahun. Hatinya sangat riang gembira mengingat ayah dan ibu akan hadir dalam hari yang dirayakan setahun sekali ini. "Akhirnya, ayah dan ibu sesekali peduli denganku" katanya dengan penuh semangat. Ia senantiasa menunggu ayah dan ibu untuk pulang untuk mengucapkannya selamat ulang tahun.
Saat ayah dan ibu tiba di rumah, ia menyambut mereka dengan hangat, berharap mereka mengingat hari ini adalah hari spesialnya. "Apa yang kau inginkan? Ini sudah malam. Biarkan kami istirahat." balas ayah dengan murungnya.Â
Mendengar kata-kata itu, seketika hati Tristy hancur berkeping-keping. Dia tidak pernah merasa sehancur ini. "Ayah dan ibu kenapa sih? Tidak pernah sayang sama aku! Apakah aku hanyalah bayangan? Hari ini ulang tahunku! Masa ulang tahunku ayah dan ibu tidak mengingatnya?" Kegaduhan itu seketika memecah malam yang bisu danÂ
lembut itu.Â
"Apa maksudmu berbicara seperti itu? Bukannya selama ini kami sudah memberikan apa yang kau mau, makanan enak, baju yang bergunung-gunung. Apakah kau kurang puas?" bentak ibu. "Apa yang ku punya bukan apa yang ku mau. Aku mau kasih sayang, benar-benar kasih sayang! Seperti yang kalian berikan kepada si kembar! Bukan kasih sayang berdasarkan uang! Hal sesederhana mengucapkan selamat ulang tahun saja kalian tidak bisa!"Â
Seketika merekapun hening. ayah dan ibu terkejud mendengar perkataan yang keluar dari mulut Tristy. Dengan mata yang berkaca-kaca, Tristy hanya bisa menatap  ayah dan ibu sambil terpaku diam.
Kini, ayah dan ibu merasa sangat bersalah. Mereka seharusnya memberikan kasih sayang yang merata untuk Tristy. Mereka mengira uang juga merupakan bagian dari kasih sayang. Namun, mereka salah besar. Yang Tristy butuhkan bukanlah kasih sayang berdasarkan uang, melainkan kasih sayang yang tulus ikhlas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H