Teori Pertimbangan Sosial (Social Judgment Theory) pertama kali dikemukakan oleh Muzafer Sherif pada tahun 1961 (Afrianto, 2021, h.20). Sherif menjelaskan bahwa teori ini menjelaskan tentang bagaimana seseoang membuat keputusan mengenai pesan atau informasi yang mereka dapatkan. Kemudian, individu tersebut akan mencoba memprediksi pengaruh dari informasi tersebut ketika disandingkan dengan kepercayaan dirinya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka teori ini menekankan bahwa dalam informasi-informasi yang  diterima seorang individu, individu tersebut akan memikirkan jalannya informasi tersebut dalam dirinya, menyebabkan ia menolak atau menerima pesan itu.
Sherif dalam Afrianto (2021, h. 20) menjelaskan bahwa ada tiga zona yang dapat diklasifikasikan dalam Teori Pertimbangan Sosial. Zona tersebut adalah lintng penerimaan, lintang penolakan, dan lintang tanpa komitmen. Lintang penerimaan, seperti namanya, berarti individu yang menerima informasi tersebut dapat menerima pesan dan menyetujuinya. Hal ini dikarenakan informasi yang diberikan kepada orang tersebut sesuai dengan kepercayaan yang ada pada dirinya atau karena pemberi informasi dapat merubah kepercayaan orang tersebut.
Selanjutnya adalah lintang penolakan. Lintang penolakan sendiri berarti bahwa individu yang menerima informasi tidak dapat menyetujui apa yang disampaikan oleh pemberi pesan sehingga ia akan menolak informasi tersebut. Biasanya, hal ini terjadi karena informasi yang ia terima tidak sesuai atau bertolak belakang dengan kepercayaannya.
Setelah adanya lintang penerimaan dan lintang penolakan, kini ada lintang tanpa komitmen yang dapat dianggap sebagai sisi tengah dari kedua zona sebelumnya. Lintang tanpa komitmen berarti bahwa penerima pesan tidak peduli dengan informasi yang disampaikan oleh pemberi pesan. Orang yang berada di lintang ini tidak dapat diketahui apakah ia menerima atau menolak informasi yang dibebrikan kepadanya.
Dari penjelasan mengenai ketiga lintang atau zona di atas, pastinya akan membingungkan jika tidak ada contoh nyata untuk melengkapi teori ini. Maka, contoh yang akan diberikan pada artikel ini adalah mengenai seorang mahasiswa yang diajak untuk mengikuti suatu komunitas. Misalkan, ada situasi di mana mahasiswa-mahasiswa tingkat atas sedang gencar mengajak para mahasiswa baru untuk mengikuti komunitas-komunitas yang ada di universitas mereka. Salah satu komunitas yang sedang mencari anggota adalah komunitas pecinta alam. Seorang mahasiswa tingkat atas mengajak sekelompok mahasiswa baru untuk mengikuti komunitas ini. Ia memberitahukan agenda-agenda yang biasanya mereka lakukan di komunitas itu, serta hadiah-hadiah yang akan mereka dapatkan jika bergabung.
Dari promosi mahasiswa tingkat atas tersebut, ada tiga macam respons yang diberikan oleh para mahasiswa baru. Seorang mahasiswa menunjukkan ketertarikan dan ingin bergabung, menunjukkan lintang penerimaan. Kemudian, seorang mahasiswa menolak ajakan kakak tingkatnya dengan mengatakan bahwa ia tidak menyukai kegiatan di area luar, menunjukkan lintang penolakan. Sementara itu, salah seorang mahasiswa justru sibuk dengan gawainya sehingga ia tidak menunjukkan penerimaan atau penolakan. Dari respons mahasiswa ketiga, mahasiswa tingkat atas yang sedang mempromosikan komunitasnya menjadi bingung. Bisa jadi mahasiswa baru yang sibuk dengan gawainya itu tertarik dengan komunitasnya, namun tidak dapat mendengar karena sibuk, atau ia memang tidak tertarik sehingga tidak mau mendengarkannya, menyebabkan lintang tanpa komitmen.
Bagaimana? Apakah teman-teman dapat mengerti lebih jelas mengenai makna ketiga zona yang ada dalam Teori Penilaian Sosial? Teori Penilaian Sosial menjelaskan bahwa setiap individu akan memasukkan pesan yang mereka terima ke dalam satu di antara tiga lintang yang dibagi menjadi penerimaan, penolakan, dan tanpa komitmen. Mudah, bukan? Yuk, belajar lagi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H