Manusia menggunakan energi dari lingkungan saat melakukan berbagai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Energi menjadi suatu keperluan dasar yang perlu dipenuhi untuk menjalankan dan memenuhi berbagai tugas dan kebutuhan, seperti mengolah makanan, membangun rumah, dan sebagainya.
Namun kondisi saat ini memberikan urgensi maupun kode merah kepada manusia akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan, yang berasal dari sumber energi tak terbarukan seperti fossil atau minyak bumi dan bahan-bahan tambang lainnya. Penggunaan bahan bakar dari energi-energi tak terbarukan telah meningkat dan memberikan dampak yang berbahaya bagi lingkungan.
Berbagai sumber daya alam pun mulai dieksploitasi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membawa kerugian bagi generasi saat ini dan yang akan datang. Banyak ilmuwan telah mengakui bahwa bumi saat ini sedang mengalami pemanasan global dan perubahan iklim.
Sehingga dapat dinyatakan bahwa kedua kondisi tersebut tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, maka manusia pun perlu menemukan solusi-solusi yang tepat dan menemukan energi alternative pengganti bahan bakar fossil, minyak bumi, serta sumber energi tidak terbarukan lainnya untuk mengurangi kerusakan yang terjadi pada lingkungan.
Para ilmuwan menemukan dan memberi sugesti kepada pemerintah untuk menggunakan energi-energi alternatif yang lebih “hijau” maupun bersih, yang tentunya dapat dijumpai pada lingkungan dan tidak pernah habis, salah satu energi tersebut yaitu angin.
Angin adalah suatu bentukan energi surya yang 264 terjadi ketika matahari memanaskan udara yang kemudian menyebabkan udara menjadi naik dan membentuk suatu vacuum, kemudian vacuum turun ke udara yang lebih dingin membentuk angin.
Dengan demikian, energi angin memiliki kesamaan dengan energi surya. Melalui berbagai penelitian tambahan, energi angin memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai energi alternative yang baru.
Berbagai hasil menunjukkan keuntungan yang besar dalam menggunakan energi angin, contohnya yaitu sebagai pembangkit listrik. Angin merupakan energi yang dapat ditemukan di mana saja dan kapan saja, dalam artian lain energi ini tidak akan pernah habis (dapat diperbarui).
Selain itu, angin juga merupakan energi yang bersih atau hijau, dimana energi ini merupakan bagian dari alam yang tidak akan mencemari lingkungan dan membahayakan makhluk hidup.
Potensi penggunaan energi angin, membuat para ilmuwan secara terus menerus mengembangkan teknologi dalam memanfaatkan angin sebagai sumber energi.Teknologi yang sangat populer digunakan oleh berbagai negara adalah turbin angin.
Menurut berita oleh CNBC pada tahun 2017, telah tercatat penggunaan turbin angin di seluruh dunia yang mencapai angka 341.000 turbin. Perkembangan ini menunjukkan berbagai usaha telah dilakukan untuk menerapkan energi bersih sebagai energi alternative, serta pertumbuhan ini pun dapat diharapkan terjadi secara terus menerus dan mengalami peningkatan.
Turbin angin telah menjadi salah satu sumber energi pembangkit listrik yang digunakan berbagai negara, terutama dengan Indonesia yang mulai menerapkan PLTB atau Pembangkit Listrik Tenaga Bayu pada tahun 2019. Saat ini pula, dunia sedang mengembangkan turbin angin agar dapat ditanamkan di perairan.
Berdasarkan pernyataan pada artikel oleh Siemens Gamesa, sebuah perusahaan penelitian energi terbarukan, menyatakan bahwa peningkatan turbin angin akan selalu terus di lakukan serta pada tahun 2021 dapat ditemukan turbin-turbin baru yang ditambahkan pada perairan di beberapa negara maju. Pada beberapa tahun kedepan, dapat diantisipasi berbagai perkembangan dan kemajuan pada teknologi turbin angin.
Namun, pada tanggal 5 Februari 2020, sebuah artikel yang menimbulkan kontroversi mengenai bersihnya energi angin mulai bermunculan di internet, banyak pihak mulai mempertanyakan tentang energi angin yang dinyatakan sebagai energi “hijau “.
Artikel yang dibuat oleh laman Bloomberg Green yang berjudul “Wind Turbine Blades Can’t be Recycled. So They’re Pilling Up in Landfills” (Baling-baling turbin angin tidak dapat di daur ulang. Sehingga mereka menumpuk di lahan kosong), membahas tentang sebuah foto oleh Benjamin Rasmussen yang memunculkan suatu ide bahwa baling-baling pada turbin angin tidak dapat digunakan kembali sehingga mereka menumpuk dan menjadi limbah.
Mengetahui dengan berkembang pesatnya teknologi turbin angin, berbagai rencana dan penambahan terus dilakukan oleh berbagai negara namun, dengan munculnya artikel ini mulai dipertanyakan jika penggunaan energi angin dengan turbin angin merupakan Langkah yang tepat dan tidak menambah terjadinya pencemaran.
Di dalam artikel, menurut Bob Cappadona; “Baling-baling itu akan tetap ada di sana selamanya”. Terhadap permasalahan limbah baling-baling, perusahan-perusahaan turbin angin diberitakan telah melakukan kegiatan tindak lanjut dengan melakukan penghancuran dan pembakaran agar dapat digunakan Kembali menjadi semen, tetapi perlu diperhatikan pula kandungan bahan dan material yang digunakan untuk membuat baling-baling , kegiatan pembakaran hanya akan memperburuk keadaan karena menghasilkan karbon dan polutan-polutan lainnya.
Kasus ini didasarkan dengan sebuah jurnal artikel berjudul “Wind Turbine Blade Waste in 2050” (Limbah Baling-Baling Turbin Angin pada tahun 2050) yang ditulis oleh Liu dan Claire Y. Barlow. Sebuah pernyataan mengenai baling-baling tidak dapat didaur ulang dimulai melalui jurnal artikel ini, sejak dilakukannya publikasi berbagai penelitian mulai dilakukan dan ditemukan hasil yang sama atas ketidakmudahan dalam mendaur ulang limbah baling-baling.
Melalui penelitian ini, dapat ditemukan kebenaran akan kontroversi baling-baling turbin angin, mengetahui apakah permasalahan ini merupakan permasalahan yang mutlak maupun telah terdapat berbagai solusi dan perkembangan yang di lakukan.
Di tahun 2050, telah diprediksi bahwa sampah baling-baling turbin angin akan meningkat dan menjadi permasalahan utama dengan negara China yang akan memiliki inventori terbanyak sehingga perlu ditemukan jawaban yang tepat agar dapat ditanggulangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H