Mohon tunggu...
Gabriella Mercy
Gabriella Mercy Mohon Tunggu... Freelancer - Kumpulan Opini

Be yourself through your opinion

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Globalisasi: Fantasi atau Realita?

3 November 2020   16:51 Diperbarui: 3 November 2020   17:32 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat tidak lagi asing dengan kata globalisasi. Globalisasi adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa ditolak dan tidak bisa dihindari. Globalisasi menjadi sebuah tatanan dunia baru yang membuat segala sesuatu lebih cepat dan mudah. Globalisasi dijual sebagai tatanan dunia baru yang membuat 'jutaan orang dilupakan atau dibuat tidak terlihat'. Dunia yang saat ini saling terhubung dan saling membagikan hal baik maupun buruk. Dampak positif globalisasi biasanya hanya dialami oleh minoritas (pihak yang memiliki kekuasaan, kekayaan, dsb.) dan dampak negatif globalisasi hampir dialami oleh keseluruhan masyarakat.

Globalisasi membuat semua orang merasakan 'buah racun' dan setiap orang harus berurusan dengan hasilnya. Buah racun yang dimaksud disini adalah dampak negatif globalisasi yang tersembunyi dibalik dampak positif globalisasi. Misalnya ketika hari ini kita akrab dengan fasilitas m-banking, maka mau tidak mau data pribadi kita harus diberikan di aplikasi. Dampak positif m-banking adalah kita bisa transfer uang dari berbagai tempat,tidak perlu ke ATM. Dampak negatif m-banking data kita berpotensi oleh diretas pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Banyak orang yang telah melihat globalisasi sebagai raksasa liberalisme dan kapitalisme yang tak terhalang. Globalisasi adalah fenomena sejarah yang kompleks yang telah ada sejak awal sejarah manusia. Salah satu buktinya adalah sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, diceritakan banyak sekali tokoh sejarah yang menjalin hubungan antar kerajaan dan bahkan dengan tempat lain di luar Nusantara. Kecepatan dari globalisasi telah meningkat berlipat ganda dalam tiga dekade terakhir. Sebagian besar dihubungkan melalui jaringan elektronik seperti media sosial.

Para akademisi dan kritikus dunia terus melakukan berbagai penelitian untuk membuktikan bahwa globalisasi itu ada. Fakta yang ada di dunia maya adalah dominasi dari nilai-nilai barat. Untuk generasi muda, menurut Saya nilai-nilai yang mendominasi adalah budaya korea seperti K-POP.  Dari segi ekonomi, dengan adanya globalisasi, semakin memungkinkan pelanggaran terhadap tenaga kerja. Sedangkan, dari segi politik bisa jadi globalisasi dapat  merusak demokrasi dan stabilitas sosial. Bukti nyata yang terjadi di sisi ekonomi adalah tidak tersedianya asuransi (seperti BPJSTK) bagi freelancer di dunia maya. 

Kemudian, dari segi politik saat ini masyarakat dengan bebas dapat menuliskan pandangan politik mereka. Tidak jarang hal ini menjadi bibit pertikaian di dunia nyata, misalnya pertikaian persahabatan sampai pertikaian antar anggota keluarga. Bahkan, hal itu tetap terjadi setelah pemimpin baru telah terpilih (Masa Pemilu berakhir).

Transformasi cepat dalam tatanan global ini membutuhkan respon cepat tanggap dan cepat menyesuaikan diri di tengah perubahan
dan pergerakan arus informasi yang  tidak terbedung dalam era globalisasi. Hal ini akan menimbulkan kapitalisme global, yang dianggap menjanjikan kemakmuran yang mungkin belum pernah terjadi sebelumnya. Masyarakat dunia harus belajar bagaimana mengelola sistem globalisasi yang terbuka dan berdasarkan aturan, atas dasar prinsip bersama yang mencakup hampir seluruh  kepentingan masyarakat global.

Pertanyaan kunci tentang globalisasi bukan hanya soal ekonomi tetapi juga sosial dan budaya. Ketika kelompok-kelompok minoritas mulai eksis diantara kelompok mayoritas maka itu berarti globalisasi mulai menunjukkan aksinya. Dimana dalam globalisasi menunjukkan bahwa tidak ada lagi batasan-batasan yang menghambat masyarakat misalnya dalam hal menyampaikan pendapat. 

Dalam aspek budaya, semakin eksisnya budaya K-POP menjadi pengaruh dari globalisasi. Tidak hanya kaum dewasa muda, para remaja dan anak-anak perempuan terutama saat ini lebih mengidolakan aktor dan aktris Korea. Dalam lingkungan tempat tinggal Saya, kebanyakan anak perempuan tidak lagi mengidolakan boneka barbie seperti beberapa tahun yang lalu. 

Namun demikian, ada pihak-pihak yang tidak mendukung globalisasi. Kebijakan anti-globalisasi mulai berkembang biak ketika produsen dan petani yang berserikat merasa bahwa mereka dikorbankan untuk keuntungan orang lain (kaum kapitalis). Melihat hal ini, beberapa negara mulai membatasi impor supaya dapat meningkatkan produksi dalam negeri. 

Setiap penjelajahan internet biasa tentang topik anti-globalisasi atau pasca-globalisasi melemparkan istilah seperti 'pengkhianatan', 'kegagalan tatanan global', yang diikuti oleh propaganda untuk 'tatanan dunia baru'. Agenda globalisasi sekarang menghadapi cobaan untuk mendemonstrasikan bagaimana kapitalisme global dapat bekerja untuk keuntungan mayoritas, tidak hanya untuk pemodal perusahaan teratas.

Dunia global dapat dilihat sebagai 'dongeng' yang membangun banyak fantasi sebagai kebenaran. Fantasi-fantasi ini menimbulkan harapan-harapan di tengah masyarakat akan masa depan yang cerah dan terjamin. Fantasi-fantasi ini dibangun melalui artikel, pemberitaan, maupun status-status yang dibagikan di media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun