Saya menuliskan artikel ini karena keprihatinan saya akan generasi muda yang senang sekali meninggalkan rumah daripada berkumpul di rumah bersama keluarga.
Bagaimana masa-masa anda saat ibu anda masih ada? Bagaimana masa kecil anda saat bersama Ibu? Indah bukan? Apapun yang anda butuhkan selalu beliau yang ada pertama kali, bukan teman, pacar, atau entah, siapapun.. Jika anda mengatakan tidak, maka jawaban saya adalah, ya. Seringkah anda membangkang? Seringkah anda membentak beliau? Seberapa sering anda meminta maaf setelah apa yang anda telah lakukan?
Saya secara reflek menulis ini setelah mendengar lagu dari Iwan Fals berjudul Ibu. Lagu lawas ini sering didendangan oleh teman saya semasa SMP dengan gitar, suaranya tidak terlalu bagus tapi dia melantunkan dengan penuh perasaan -indahlah jadinya.
Iseng-iseng saya membaca komentar orang-orang di YouTube. Miris, dalam hitungan detik air mata saya terperas kering bak kain pel dari ember. Sesak sekali rasanya, mereka menulis dengan penuh perasaan -seperti ingin meminta maaf tapi tak layak karena saking merasa bersalahnya.
Ibuku tidak pernah lelah mengingatkan aku tentang karma, bahkan beliau menceritakan contoh anak-anak yang durhaka yang aku pikir itu hanya ada pada zaman dahulu -ternyata ini adalah hukum alam yang luar biasa dahsyat.
Kasih Ibu tidak akan pernah terbalaskan oleh anaknya, bagaikan hutang seumur hidup. Bukan sabar jika ada batasnya.
Namun era globalisasi ini sudah menciptakan generasi yang bisa dikatakan kurang peduli dengan keharmonisan keluarga, karena banyaknya hiburan yang bisa dilakukan diluar bersama teman-teman sebaya daripada menemani orang tua di rumah, khusunya ibu.
Pernahkah anda bertanya pada sang Ibu?
"Ibu kesepian ya?
"Ibu mau apa?"
"Ibu maaf ya.."