Pengembangan teknologi kedokteran telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Inovasi di bidang ini telah memainkan peran krusial dalam meningkatkan layanan kesehatan dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 yang berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan. Dalam hal ini, teknologi kedokteran telah bertransformasi menjadi alat yang memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk memberikan perawatan yang lebih presisi dan efektif kepada pasien.
Di era Industri 4.0 yang penuh dengan inovasi teknologi, sektor kesehatan mengalami perubahan mendasar melalui pengembangan teknologi kedokteran. Tjandrawinata (2016) mengatakan, inovasi dalam bidang ini tidak hanya menghadirkan peluang baru, tetapi juga mengubah paradigma pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Dalam lingkungan yang semakin terhubung dan berintegrasi, penggunaan teknologi berkualitas tinggi memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk memberikan perawatan yang lebih presisi, efisien, dan terjangkau kepada pasien. Dengan menggabungkan elemen-elemen dari teknologi informasi, telekomunikasi, dan ilmu kedokteran, pengembangan teknologi kedokteran di era Industri 4.0 menjadi faktor penting dalam mewujudkan layanan kesehatan yang mendukung pencapaian SDG 3.
Salah satu inovasi penting dalam pengembangan teknologi kedokteran adalah penerapan kedokteran presisi atau "precision medicine". Konsep ini mencakup penggunaan informasi genetik, lingkungan, dan klinis pasien untuk merancang perawatan yang spesifik dan efektif sesuai dengan kebutuhan individu. Dengan bantuan teknologi seperti sekuensing genom, dokter dapat mengidentifikasi faktor risiko dan potensi penyakit pada tingkat molekuler, memungkinkan deteksi dini dan intervensi yang lebih tepat sasaran (Saudale, 2020). Misalnya, pengembangan teknologi ini telah memungkinkan diagnosis dan pengobatan kanker berdasarkan profil genetik pasien, yang secara signifikan meningkatkan peluang kesembuhan.
Selain itu, perkembangan teknologi sensor dan perangkat medis wearable juga telah mengubah paradigma pelayanan kesehatan. Sensor yang terintegrasi dalam perangkat wearable dapat secara terus-menerus memantau parameter kesehatan seperti detak jantung, tekanan darah, kadar gula darah, dan aktivitas fisik. Data yang dikumpulkan ini dapat dianalisis untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan pasien dan mendeteksi perubahan yang mungkin mengindikasikan masalah kesehatan. Dengan demikian, teknologi ini memungkinkan intervensi lebih awal dan pencegahan penyakit secara lebih efektif (Gareta et al., 2018).
Telemedicine juga telah menjadi komponen penting dari transformasi teknologi kesehatan. Terutama dalam konteks pandemi COVID-19, layanan kesehatan jarak jauh telah menjadi solusi untuk memastikan kelangsungan perawatan tanpa mengorbankan keselamatan pasien dan tenaga medis (Komalasari, 2022). Melalui telemedicine, pasien dapat berkomunikasi dengan dokter melalui platform digital, berkonsultasi tentang gejala, mendapatkan diagnosis, dan bahkan menerima resep obat. Ini tidak hanya mengurangi risiko penularan penyakit, tetapi juga meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan bagi mereka yang tinggal di daerah terpencil atau memiliki keterbatasan mobilitas.
Namun, perkembangan teknologi kedokteran juga menghadapi tantangan tertentu. Salah satu masalah yang muncul menurut Rahayu et al. (2019) adalah ketersediaan data pasien yang besar dan kompleks. Dalam mengumpulkan dan menganalisis data kesehatan yang luas, perlu memastikan perlindungan privasi dan keamanan informasi pribadi pasien. Regulasi yang tepat diperlukan untuk mengatur penggunaan dan penyimpanan data pasien secara etis.
Dalam konteks pengembangan teknologi kedokteran, kolaborasi lintas sektor dan lintas disiplin menjadi sangat penting. Tenaga medis, ilmuwan komputer, insinyur, dan ahli data perlu bekerja bersama untuk mengembangkan solusi inovatif yang memadukan pengetahuan medis dengan kemampuan teknologi. Selain itu, pendekatan inklusif diperlukan agar teknologi kesehatan yang baru dikembangkan dapat diakses dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang lebih luas, terutama mereka yang berada di daerah terpencil atau berpendapatan rendah.
Dalam kesimpulannya, pengembangan teknologi kedokteran telah mengalami transformasi yang signifikan dalam mendukung tujuan SDG 3 terkait penyediaan layanan kesehatan yang presisi. Inovasi seperti kedokteran presisi, perangkat wearable, dan telemedicine telah mengubah cara kita memandang layanan kesehatan dan memberikan dampak positif dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan manusia. Meskipun tantangan seperti privasi data dan aksesibilitas masih ada, kolaborasi dan regulasi yang tepat akan memungkinkan pemanfaatan teknologi kedokteran untuk terus mendorong transformasi positif dalam sektor kesehatan.
Referensi
Gareta, A., Masyhuroh, F. K., & Maisaroh, S. (2018). Rancang Bangun Purwarupa Perangkat Wearable Headset untuk Pengukuran Sinyal Listrik pada Otak. Jurnal Nasional Teknik Elektro Dan Teknologi Informasi, 7(3), 344–349.
Komalasari, R. (2022). Pemanfaatan Kecerdasan Buatan (Ai) Dalam Telemedicine: Dari Perspektif Profesional Kesehatan. Jurnal Kedokteran Mulawarman, 9(2), 72–81.