Mohon tunggu...
Gabriel Sugiharto Manalu
Gabriel Sugiharto Manalu Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

saya hanya pengemar mahluk hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekskursi 2024: Merajut Harmoni dalam Keberagaman di Pondok Pesantren Al Mizan

23 November 2024   20:24 Diperbarui: 23 November 2024   23:05 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekskursi 2024: Trip of Meaning

Ekskursi 2024 adalah pengalaman berharga yang memberikan pelajaran hidup tidak ternilai dalam setiap kanisian. Kegiatan ini tidak hanya memperluas wawasan kami mengenai keberagaman, tetapi juga membentuk karakter sebagai pelajar yang berjiwa toleran. Dalam tiga hari singkat, para kanisian dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengunjungi pesantren di beberapa lokasi yang telah ditentukan. Kelompok kami mendapatkan kesempatan belajar, berdialog, dan berbaur dengan masyarakat di Pesantren Al Mizan, Jatiwangi, sebuah tempat yang mencerminkan keindahan keberagaman Indonesia. "Berbeda-beda tetapi tetap satu," semboyan Bhinneka Tunggal Ika terasa nyata sepanjang kegiatan ini. Sebagai pelajar Katolik, kami diajak memahami kehidupan umat Islam secara langsung-bukan sekadar melalui teori di kelas, tapi menyentuh realitas kehidupan di pesantren. Pesantren Al Mizan menyambut kami dengan hangat dan terbuka seperti keluarga. Bahkan, kami pun sadar bahwa perbedaan bukan tembok pemisah, melainkan jembatan untuk saling belajar dan menghargai.

Memahami Nilai Kehidupan Pesantren

Hari pertama di Pesantren Al Mizan adalah pengalaman baru yang penuh tantangan sekaligus pembelajaran. Suasana pesantren yang sederhana dengan jadwal harian teratur mulai dari shalat berjamaah sampai belajar kitab suci memberi pelajaran penting tentang kedisiplinan dan dedikasi. Kami belajar bahwa kedamaian sejati bermula dari hati yang ikhlas. Para santri juga mengajak kami mencoba tradisi mereka, seperti belajar mengaji, memahami doa berjamaah, dan membuat seni kaligrafi Arab. Setiap goresan dalam kaligrafi terasa seperti meditasi mendalam, menghubungkan kami dengan keindahan budaya Islam. Pengalaman ini mengajarkan bahwa seni bisa menjadi bahasa universal yang menyatukan manusia dari beragam latar belakang.

Membangun Dialog Toleransi

Dialog dalam keberagaman adalah inti dari kegiatan ini. Kamu menyadari bahwa toleransi tidak hanya berarti menerima keberadaan orang lain tetapi juga mendengarkan dan memahami mereka. It is very much what Nelson Mandela said, "Jika Anda berbicara kepada seseorang dalam bahasa yang ia pahami, itu akan sampai ke pikirannya. Tetapi jika Anda berbicara dalam bahasanya, itu akan sampai ke hatinya." Pembicaraan dengan santri membuktikan hal ini. Dalam obrolan hangat, kebersamaan antara kami dua pemuda terjalin, terutama adab nilai kejujuran, kerja keras, dan saling membantu. Hal ini mempertegas bahwa keberagaman merupakan anugerah, bukan ancaman.

Prasangka dan Membentuk Karakter

Hal ini juga merobohkan tembok prasangka dengan pengalaman nyata. Kita belajar dari ekskursi ini bahwa keberagaman agama bukan penghalang untuk bekerja sama; justru peluang untuk saling melengkapi. Seperti yang pernah dikatakan Gus Dur, "Tidak penting apa agamamu atau sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak akan pernah tanya apa agamamu." Kutipan ini mengingatkan kembali untuk terus-menerus membangun persaudaraan lintas agama.

Refleksi dan Makna yang Terus Hidup

Dengan status sebagai siswa Kolese Kanisius, kami menyadari bahwa nilai toleransi, keberagaman, dan keterbukaan merupakan inti dari pendidikan yang kami jalani. Komunikasi kami di Pesantren Al Mizan bukanlah sekedar narasi sesaat. Tetapi pondasi untuk terus menghidupi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kesederhanaan hidup di pesantren mengajarkan kepada kami bahwa kebahagiaan sejati terletak pada rasa syukur dan kebersamaan. Ekskursi 2024 bukan sekedar perjalanan fisik, melainkan juga spiritual-emosional. Harga-harga yang didapatkan dari Pondok Pesantren Al-Mizan akan menjadi bekal penting menghadapi tantangan keragaman di masa depan. Dunia yang terus berubah mengharapkan kematangan generasi muda tidak hanya dalam kecerdasan, tapi juga memiliki karakter. Dengan pengalaman ini, kami semakin yakin bahwa toleransi adalah benih kecil yang bisa tumbuh menjadi pohon besar. Sebagai Kanisian, kami bangga mendapatkan kesempatan ini dan berkomitmen untuk menjadikan keberagaman sebagai kekuatan yang mempersatukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun