Mohon tunggu...
Gabriel Adi Putra
Gabriel Adi Putra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

Mahasiswa di Unika Soegijapranata

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Broken Home" dan Kehidupan Remaja

30 Desember 2020   21:32 Diperbarui: 30 Desember 2020   21:47 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada saat ini generasi remaja cenderung memiliki sifat yang dipandang negatif. Contohnya saja kita banyak menemukan remaja yang egois dengan mementingkan keinginannya sendiri, mereka terbiasa dengan kehidupan yang tidak sehat seperti mabuk mabukan, merampok bahkan ada yang membunuh. Tentunya hal seperti ini yang menyebabkan keresahan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Para remaja yang terbiasa dengan kehidupan yang buruk biasanya kurang memiliki rasa empati yang biasanya disebabkan oleh permasalahan yang terjadi pada keluarganya. Kurangnya rasa kasih sayang dari orang tua juga menjadi salah satu penyebab banyak terjadinya kasus bunuh diri di kalangan remaja. 

Pada kasus ini kita bisa menyebutnya dengan broken home Istilah broken home  biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan dan biasanya anak-anak yang broken home biasanya dikaitkan karena kelalaian orang tua dalam mengurus anaknya atau keluarganya . 

Namun, broken home bisa juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir dengan perceraian. Kondisi ini biasanya menjadi penyebab dari sifat murungnya remaja atau anak anak mereka akan cenderung berdiam dan mengurung diri. Dan biasanya dari hal terebut anak anak atau remaja akan melakukan hal hal negatif seperti merokok, minum minuman keras dan narkoba.

Kasus broken home sangat berpengaruh terhadap mental anak anak yang sedang dalam pertumbuhan. Dikarnakan hal ini dikhawatirkan akan merusak jiwa anak anak secara perlahan lalu akhirnya mereka akan memberontak dan cenderung susah diatur. Hal ini dapat berdampak pada kehidupan maupun pendidikan anak yang mengalami broken home biasanya mereka akan dijauhi oleh teman sebayanya karna mereka cenderung menyendiri dan tak mau bersosialsisasi. 

Di sinilah pentingnya peran guru diperlukan diperlukan penanganan khusus bagi anak anak yang mengalami broken home agar mereka sadar dan mau belajar kembali guna meraih prestasi. Remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan. Pada masa inilah remaja akan mulai melakukan banyak hal-hal yang negative pada umumnya. 

Mereka akan mulai lebih mendengarkan teman-temannya daripada orangtua atau keluarga. "Ya saya memiliki salah satu teman yang berlatar belakang broken home memang anaknya susah diatur dan terkadang suka membantah dia juga tidak terbuka terhadap teman-temanya". Ujar salah satu teman saya yang memiliki pengalaman berteman dengan anak broken home. Jika hal ini tidak disikapi dengan benar maka anak yang memiliki latar belakang broken home akan semakin tertekan dan mereka akan cenderung lebih mempercayai temannya dibandingkan dengan keluarganya. Komisioner KPAI Putu Elvina mengatakan, "banyak orang tua yang kurang mengawasi anak mereka". 

Disatu sisi, hal ini malah membuat seorang anak mencari perhatian orang lain. Elvina menyebut, jika seperti itu perhatian lari ke tempat yang salah.  Jadi , di sini peran keluarga yang dibutuhkan dalam perkembangan sosial anak. 

Pada hakekatnya, keluargalah wadah pembentukan masing-masing anggotanya terutama anak remaja yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orang tuanya , selain sebagai pembentukan masing -- masing anggota terutama anak peranan terpenting dalam keluarga memenuhi kebutuhan anak baik kebutuhan fisik maupun psikis.

Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin hari semakin banyak saja kasus broken home yang terjadi. Kasus kasus broken home sama halnya mengenai kasus sosial lainya, yang intinya diperlukan komunikasi yang terjalin dengan baik dalam lapisan anggota keluarga. Oleh sebab itu pentingnya rasa saling percaya dan terbuka dalam anggota keluarga sangat diperlukan, agar nantinya tidak terjadi lagi kasus kasus broken home. 

Dalam hal ini kita harus mengesampingkan sikap egois kita dan lebih mementingkan kepentingan bersama dalam lingkup keluarga. Menurut Kak Seto mengatakan bahwa "kurang kasih sayang merupakan fenomena klasik mengapa anak keluarga broken home cenderung nakal". Poin pentingnya, orangtua harus sadar dan jangan mengedepankan ego dalam berumah tangga demi masa depan anak. Lalu bagaimana sikap kita seharusnya dalam mengahadapi kasus ini. Dikutip dari  https://dosenpsikologi.com/cara-mengatasi-anak-broken-home terdapat berbagai cara untuk menangani kasus broken home 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun