Dalam perjalanan emosional yang dilalui setiap bulan, "Ketidakpastiaan dalam Setiap Siklus" mengungkapkan pergulatan antara rasa sakit fisik dan ketidakpastian cinta. Melalui setiap denyut dan rasa nyeri, sebuah cerita tentang harapan dan kerentanan terjalin. Ketika cinta terasa dingin dan pertanyaan menghantui, bagaimana kita menghadapi kepedihan yang tak terhindarkan? Temukan keindahan di balik setiap kesakitan dalam puisi ini.
Rasa nyeri masih menyelimuti tubuhku,
Perut berkecambuk,
Pinggang berdenyut, betis pun tak luput.
Ingin dimanja, dipijat,
Atau barangkali diceritakan dongeng?
Harapanku semakin kelam,
Karena sebuah pertengkaran,
Dibungkus oleh kemarahan dan kekecewaan,
Penuntutan semakin menghimpit jiwa.
Cinta yang hangat kini terasa dingin,
Tak lagi sama.
Katanya, egoku terlalu tinggi,
Betulkah begitu?
Tanyaku pada diri sendiri,
Aku lelah hanya untuk bertanya lagi.
Kuputuskan untuk tidur sendirian,
Namun, dalam kesedihan dan kelelahan,
Tidur pun sulit,
Terjaga dalam kepedihan yang tak terhingga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI