Akhir pekan seharusnya jadi waktu yang menyenangkan. Rehat sejenak dari rutinitas dan pekerjaan, orang-orang biasa menghabiskan waktu dengn berkumpul bersama orang terkasih atau justru meluangkan waktu untuk diri sendiri (me time).
Tidak demikian dengan masyarakat DIY. Pekan lalu langit DIY mencurahkan air hujan sepanjang hari. Puncaknya ada pada Sabtu hingga Minggu, 16 & 17Maret 2019. Hujan dengan kerapatan sedang dan deras mengguyur. Meski cuma sehari semalam, nyatanya hujan pada akhir pekan lalu memakan korban. Hujan menggerus tanah dan menggenangi bumi. Meninggalkan banjir dan tanah longsor.
Dilaporkan dari harian lokal DIY, Tribun Jogja sedikitnya 4.917 warga di DIY terdampak bencana banjir dan longsor akibat hujan deras yang mengguyur sepanjang hari Minggu (17/3/2019). Akibatnya dua orang dilaporkan meninggal dunia dan tiga orang hilang serta kerugian materiil lainnya. Penyataan serupa juga diturunkan oleh harian Jawa Pos yang mengutip pernyataan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul, DIJ, Dwi Daryanto bahwa banjir yang menerjang DIY telah memakan korban jiwa hingga Senin 18/3 pagi. Hujan deras yang mengguyur wilayahnya kemarin, imbuh Dwi juga merendam 26 desa di 10 kecamatan. Kemudian longsor terjadi di 9 desa yang berada di 7 kecamatan.
Dari media sosial, akun reportasi warga Info Cegatan Jogja juga mengunggah laporan warga terkait banjir yang terjadi di Bantul, tepatnya di Kecamatan Imogiri. Dalam sebuah postingannya tertanggal 17 Maret akun ICJ mengunggah video singkat rumah-rumah warga yang berdekatan dengan jembatan Siluk terendam air hingga dengkul orang dewasa. Tak Cuma rumah warga, air bah di Imogiri juga menggerus tanah disekitaran makam-makam raja Imogiri. Beberapa bangunan seperti tembok dan bahkan calon makam Sultan HB X pun ikut ambles. Bencana memang tidak mengenal siapa kita. Longsor juga terjadi di Kabupaten Kulon Progo. Sama seperti Imogiri, Kabupaten Kulon Progo juga memiliki kontur tanah berbukit-bukit yang rawan longsor pada cuaca seperti ini.
Hujan deras yang mengguyur wilayahnya kemarin, imbuhnya sempat merendam 26 desa yang tersebar di 10 kecamatan. Kemudian untuk longsor terjadi di 9 desa yang berada di 7 kecamatan. Data dari BPBD DIJ menyebut, untuk wilayah Kabupaten Gunungkidul wilayah yang terdampak yakni di Kecamatan Wonosari, Purwosari, Semanu, Panggang, Tepus, Playen. Kemudian di Tanjungsari, Gedangsari, Karangmojo dan Patuk. Â Warga di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta sedikit beruntung karena hujan tidak sampai menggerus tanah atau menggenang menjadi banjir. Namun beberapa pohon dilaporkan tumbang.
Website KR.com menayangkan pernyataan dari otoritas terkait yakni Stasiun Klimatologi Yogyakarta bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi sampai beberapa hari ke depan meski Topan Savannah mulai menjauh. Hal itu dikarenakan suhu permukaan laut di wilayah Jawa masih cukup hangat, sehingga bisa memunculkan 'low preasure area' atau daerah tekanan rendah di Pesisir Laut Selatan. Dampak cuaca ekstrem tersebut bisa memicu terjadinya peningkatan intensitas hujan. Meskipun tidak seekstrem saat Topan Savannah, potensi hujan tetap harus diwaspadai sebagai antisipasi banjir susulan.
Salah satu pihak yang menyesali bencana ini adalah Bambang Soepijanto. Dalam unggahannya di akun Instagram @bambangsoepijanto_dpd24 ia menuturkan bela sungkawa pada para korban. "Saya turut berduka cita atas hal tersebut, semoga para korban diberi ketabahan dan tidak ada lagi korban meninggal. Semoga kita semua diberikan keselamatan dan kesehatan dalam menghadapi cuaca ekstrem Yogyakarta". Calon anggota DPD RI untuk daerah pemilihan DIY ini juga menyampaikan semangatnya untuk warga Jogja. "Pada kuarter pertama 2019 ini, akibat cuaca ekstrem, terjadi banjir dimana-mana dikarenakan curah hujan yang tinggi. Yogyakarta pun tidak luput dari itu. Mungkin Allah sedang ingin menguji ketabahan hamba-hamba yang disayangiNya, agar kita semua naik kelas. Tapi saya yakin kita bisa melewati semua ini bersama-sama. Insya Allah Indonesia bisa bangkit dari bencana". Sebagai caleg DPD DIY dengan latar belakang lingkungan tentu Bambang Soepijanto paham mengenai bencana ini, terlebih banjir dan longsor adalah bencana alam yang erat kaitannya dengan daya tampung lingkungan. Maka, caleg bernomor 24 Â yang mengangkat semboyan Ngayomi Ngayemi Ngayani ini tentu menjadi harapan baru bagi kondisi lingkungan DIY. Sudah saatnya DPD bergerak untuk rakyat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H