Meski provinsi ini sedang digelayuti masalah kesehatan anak akibat masih tingginya angka stunting, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta patut berbangga akan prestasinya mempertahankan cakupan imunisasi Polio. Sebelumnya sejak tahun lalu sejumlah media massa menurunkan laporan mengenai kondisi stunting yang dialami 19.8 % anak di DIY.Â
Stunting sendiri menurut WHO adalah kondisi kekerdilan yang berhubungan dengan gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Cara mengetahuinya cukup mudah, yaitu bila seorang anak punya tinggi badan dibawah rata-rata anak seusia mereka.Â
Orang tua dan tenaga kesehatan sudah bisa mengenali gejala stunting saat sang bocah lahir, yaitu jika bayi laki-laki punya panjang kurang dari 48 cm, sementara perempuan kurang dari 45 cm. Gizi ibu saat hamil, kondisi sanitasi dan gizi anak kala sudah lahir menjadi salah dua penyebab stunting. Bahaya dari penyakit ini adalah kelambatan anak dalam berfikir dan rendahnya produktifitasnya saat dewasa.
Kembali ke perkara Polio, sama seperti stunting penyakit ini dapat menyerang manusia sejak ia masih kecil. Polio adalah penyakit menular dan disebabkan oleh virus Poliomytesis. Virus yang menginfeksi tubuh akan menyerang sistem syaraf dan akan menyebabkan kelumpuhan dalam waktu dekat. Percikan ludah, kontak dengan makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus adalah salah satu metode penyebaran.
Meskipun bisa menyerang manusia dari berbagai usia, Polio paling sering menyerang anak-anak yang belum memiliki sistem imun baik. Berita buruknya, sampai sekarang virus Polio belum bisa dimusnahkan, artinya masih ada virus liar yang berkeliaran di dunia ini.Â
Jika satu orang di sebuah negara terinfeksi virus Polio, maka amat besar kemungkinan orang-orang di negara tersebut yang belum terimunisasi akan ikut kena. Imunisasi menjadi kata kunci yang penting bagi pencegahatan Polio. Berbeda dengan stunting yang merupakan penyakit tidak menular.
Dari laman Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia diketahui bahwa sejak tahun 1980an perhatian dunia pada Polio mulai berkembang. Tahun 1988 Lembaga PBB untuk kesehatan dunia, WHO bekerjasama dengan UNICEF dan beberapa oraganisasi internasional menjalankan program bernama "Global Polio Eradication Initiative" untuk memberikan imunisasi.Â
Tak Cuma mendukung upaya imunisasi rutin bagi bayi, namun juga imunisasi massal melalui National Imunization Day (NID). Dengan berbagai pertimbangan atas keterbatasan dan kemampuan, pemerintah Indonesia melalui Kemenkes memperpanjang masa pemberian massal imunisasi menjadi sepekan untuk anak usia 0-59 bulan. Kita tahu bersama kemudian jika PIN atau Pekan Imunisasi Nasional yang pertama tahun 1995 sampai tahun 1997. Hasilnya amat menggembirakan karena Indonesia dinyatakan bebas Polio. Upaya WHO dan organisasi dunia lainnya terus dilakukan hingga pada tahun 2004 dinyatakan bahwa dunia hampir bebas dari Polio.
Sayangnya keadaan ini cuma bertahan sepuluh tahun, karena tahun 2005 terjadi wabah kembali. Seorang TKI yang sempat bepergian ke Nigeria-negara yang belum bebas Polio- pulang ke desa nya di Sukabumi-Jawa Barat. Ternyata kepulangannya kala itu membawa oleh-oleh yang tak mengenakkan hati, virus Polio.Â
Dalam setahun virus itu menyebar dan membuat Kejadian Luar Biasa (KLB) di 10 provinsi di Indoensia. DIY menjadi salah satu provinsi yang selamat dari malapetaka itu. PIN kembali diselenggarakan tahun 2006, dan pada tahun 2014 dunia menyatakan Indonesia telah bebas Polio. Kemenkes kembali mengimunisasi Polio anak-anak Indonesia tahun 2016, dan DIY kembali absen. Cakupan imunisasi di DIY melampaui target nasional, yaitu 95% dari jumlah anak. Sebagai informasi tambahan, cakupan imunisasi DIY telah mencapai 98%. DIY juga memiliki keadaan lingkungan yang  baik sehingga sudah tak ada lagi virus Polio liar. Dinas Kesehatan DIY sudah memiliki kesadaran untuk mewajibkan imunisasi Polio bagi anak, sehingga tidak perlu lagi mengikuti PIN.
Keberhasilan dan tekad DIY mengatasi PIN juga perlu dicontoh untuk upaya pecegahan stunting. Masa kehamilan hingga 1000 hari pertama adalah usia emas anak. Maka pemeriksaan layanan kesehatan dan asksesbilitas untuk ibu hamil jadi titik poin. Sebagai calon anggota DPD RI dari daerah pemilihan DIY, Bambang Soepijanto juga punya kepedulian pada kondisi kesehatan ibu dan anak di DIY. Anak adalah penerus bangsa. Kualitas anak akan menjadi investasi terbesar bagi negara ini, ujar Bambang Soepijanto yang mendapat nomor urut 24 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H