Pagi tadi saya diajak sepupu untuk mengantar anak-anaknya lomba karate, ternyata di tempat yang sama sedang ada juga lomba lari antar sekolah. Iseng-iseng karena masih lama giliran kumitenya para keponakan dan mereka sedang pemanasan dengan sensei-senseinya, saya keluar untuk menonton lomba lari itu. Di area lapangan parkir yang dijadikan track lomba lari ini terjadi sebuah peristiwa yang cukup menarik perhatian dan membuat para orangtua saling bertukar pandang dan sama-sama tersenyum.
Jadi ceritanya, ada seorang bapak yang semangat banget menyoraki anaknya, meloncat-loncat sambil mengepal-ngepalkan tangan di udara. Bapak itu terus menyemangati anaknya seraya berteriak lantang: "Jokowi bisa, kamu juga bisa! Ayo! Jokowi bisa, kamu juga bisa! Ayo!" Berulang-ulang si bapak itu meneriakkan yel-yelnya, dan anak-anak memang makin melaju cepat saling balapan sehingga akhirnya terjadilah koor rame-rame meneriakkan yel-yel 'Jokowi bisa, kamu juga bisa! Ayo!' oleh para penonton sambil menambahkan tepuk tangan tiga kali di sela-sela yel-yel berikutnya. Kompak bener!
Sorakan-sorakan ini mengisi udara di arena, menjadikan tempat yang tadinya tidak terlalu berisik itu, berubah total menjadi ramai dan hangat, seakan-akan sedang ada kampanye Jokowi di sana, hahaha! Apalagi saat akhirnya para pelari muda usia itu berhasil menyelesaikan perlombaan mereka dan anak si bapak memasuki garis akhir sebagai unggulan pertama. Sorak-sorai dan tepuk tangan meriah menyambut mereka semua. Sungguh menyenangkan sekali suasana yang terasa akrab tersebut.
Iseng-iseng saya dekati bapak itu dan saya tanyakan, kenapa kok yel-yelnya pakai sebut-sebut Jokowi segala, apakah dia salah satu timses Jokowi? Bapak itu bilang, nggak lah, dia bukan timses, tapi pengagum berat Jokowi, sebab mereka berasal dari keluarga sederhana yang sekarang merasa terinspirasi dengan Jokowi.
"Bayangkan mbak, dari tukang kayu, jadi pengusaha mebel, trus jadi walikota, naik jadi gubernur dan sekarang naik pangkat lagi jadi calon presiden. Luar biasa, padahal bapaknya bukan siapa-siapa, bukan jendral to, bukan konglomerat to?" Kata dia lagi, "Sebelumnya sulit bagi saya untuk mikir orang biasa bisa sukses juga." Karena dia penuh semangat, saya pun manggut-manggut mengiyakan bahwa kalau dilihat seperti itu, segala sesuatu menjadi mungkin. Rakyat biasa bisa juga jadi pemimpin negara, bukan orang-orang dari keluarga kaya-raya atau berkuasa saja. "Moga-moga anak saya ketularan hebatnya Jokowi," kata dia sumringah menutup percakapan kami.
Wah, tentu saja saya sepakat sama bapak itu. Sebagai satu dari jutaan simpatisan/pengagum Jokowi di seluruh dunia (kalau nggak banyak simpatisan/pengagumnya sedunia, nggak mungkin dong dubes-dubes nemuin dia meski belum jadi Presiden, nggak mungkin dong namanya masuk daftar 50 tokoh terhebat dunia versi majalah kondang internasional, Fortune), salah satu dari sekian alasan saya simpati sama Jokowi adalah karena dia orang baik (bahkan Prof. Anies Bawesdan terang-terangan bilang begitu, baca aja di sini) yang berhasil tetap bersih dan baik di dalam sistem dan lingkungan yang kurang baik, hebatnya lagi, ia berhasil menularkan pengaruh baik dan bersih di lingkungan di mana dia berada, dia adalah agen perubahan. Maka, saya bersyukur orang baik kayak Jokowi ini diberikan akses sehingga punya kesempatan untuk menjadi pemimpin negara ini.
Senang sekali rasanya memgetahui bagaimana kiprah Jokowi ternyata secara nyata menginspirasi bapak itu untuk menyemangati anaknya dalam lomba lari tadi. Memang sih, cuma kejadian kecil saja. Tapi siapa tahu ada lagi kejadian-kejadian macam itu di tempat-tempat lain di seluruh Indonesia atau bahkan dunia? Mereka yang terbuka mata dan cara berpikirnya bahwa kalau Jokowi si tukang mebel, bisa jadi Walikota, Gubernur bahkan Presiden, aku juga bisa mencapai hal-hal yang besar dan lebih besar lagi! Nggak ada yang mustahil untuk dicapai karena mereka melihat sendiri bahwa, Jokowi bisa, maka kita pasti bisa!
Bukankah ini sebetulnya contoh dari Revolusi Mental, orang yang tadinya pesimis, 'ah kami hanya orang kecil belum tentu bisa seperti itu', kini karena melihat ada orang yang ternyata bisa menjadi panutan, akhirnya berubah menjadi optimis: 'dia bisa, saya juga bisa!'
Bagi saya pribadi, itulah salah satu bentuk Jokowi effect, yaitu kemampuannya menjadi inspirasi bagi orang lain. Sesederhana itu.
*
Puisi-puisi Miss G