Mohon tunggu...
Ge
Ge Mohon Tunggu... Lainnya - Blogger/Penulis

Blogger dan penulis yang suka membaca dan menonton. Suka menulis cerita fiksi, puisi-prosa (sirosa), opini, resensi dan banyak lagi. Tertarik pada intrik-intrik politik dan berbagai macam gosip yang bisa memperkaya cerita. Anti hoaks dan anti intimidasi. Menyalurkan hobi gambar dan ilustrasi di Instagram.com/gambarable. Ngetuit di X.com/gesiahaya. Ngeblog di gratcianulis.blogspot.com dan berbagi tips menulis fiksi di kampungfiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Revolusi AI dan Perang Hak Cipta: OpenAI versus The New York Times

16 Desember 2024   15:01 Diperbarui: 18 Desember 2024   07:41 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dokpri. @imagine by MetaAI

Dampak yang Meluas

Gugatan ini membawa dampak yang jauh lebih besar daripada yang diperkirakan. Bagi perusahaan-perusahaan teknologi, kasus ini menyadarkan mereka akan pentingnya transparansi dalam penggunaan data. Ini tidak hanya melibatkan OpenAI; banyak kreator lain, seperti penulis George R.R. Martin dan John Grisham, turut mengajukan tuntutan serupa. Bahkan, The Authors Guild turut bergabung dalam perjuangan untuk melindungi hak cipta para penulis.

Namun, dampak jangka panjang juga mulai terlihat. Jika perusahaan-perusahaan AI harus membatasi penggunaan data yang dapat diaksesnya, kualitas konten yang dihasilkan bisa menurun. Hal ini berisiko membatasi kemajuan inovasi di industri ini. TechCrunch menyoroti bahwa pengetatan regulasi terhadap penggunaan data dapat memperlambat inovasi yang telah diperoleh melalui model AI yang lebih maju.

***

Masa Depan: Ke Mana Kita Akan Pergi?

Pada akhirnya, Altman menawarkan sebuah solusi yang dapat mengurangi ketegangan: sebuah model baru yang memungkinkan pencipta konten mendapatkan kompensasi melalui sistem pembagian pendapatan. "Kami membutuhkan model yang memungkinkan para kreator mendapatkan kompensasi saat nama atau gaya mereka digunakan dalam pelatihan model AI," ujar Altman.

Ini menjadi titik penting dalam diskusi tentang hak cipta di era teknologi. Sebuah pertanyaan besar kini menghantui industri: "Bagaimana kita bisa menghormati hak pencipta sambil terus mendorong batasan inovasi teknologi?" Perdebatan ini baru saja dimulai, tetapi keputusan yang diambil dalam kasus ini kemungkinan akan membentuk regulasi AI di masa depan.

Nah, menurutmu, jika perusahaan AI mulai memberikan kompensasi kepada pembuat konten untuk menggunakan karya mereka, apakah ini bisa menjadi solusi yang adil, atau hanya cara untuk melindungi keuntungan besar perusahaan teknologi? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun