Sebagai salah seorang dari jutaan orang di dunia yang kini banyak bergaul dengan AI, maka peristiwa-peristiwa tertentu menyangkut AI selalu menarik perhatian saya, termasuk kehebohan yang terjadi di X (sebelumnya disebut Twitter) tentang berita kematian Suchir Balaji seorang peneliti yang bekerja selama 4 tahun untuk Open AI. Sebenarnya, Suchir sudah ditemukan tewas di flatnya di San Fransisco pada pukul 1 siang waktu setempat di 26 November bulan lalu. Jadi, sudah hampir tiga minggu berselang sebelum tiba-tiba berita ini menjadi heboh di internet. Menurut hasil pemeriksaan medis yang dirilis oleh pihak berwenang, kematiannya ditengarai kuat sebagai bunuh diri.Â
Mengapa Suchir bunuh diri? Belum ada jawabannya dan bisa jadi akan banyak timbul spekulasi gara-gara kematiannya ini. Kenapa demikian? Karena Suchir adalah salah satu dari 12 orang yang menjadi whistleblower melawan Open AI yang belakangan ini kena kasus hukum secara bertubi-tubi karena dicurigai mengabaikan copyright ketika melatih AI generatifnya.Â
Akun twitter Suchir @suchirbalaji yang hanya berisi 4 cuitan saja, yaitu pada tanggal 24 Oktober 2024, isinya adalah konfirmasi tentang wawancaranya dengan The NYT.Â
Berikut cuitan Suchir di cuitan pertamanya:Â
Saya baru-baru ini berpartisipasi dalam sebuah artikel New York Times tentang "penggunaan wajar" dan kecerdasan buatan generatif, serta mengapa saya skeptis bahwa "penggunaan wajar" dapat menjadi pertahanan yang masuk akal untuk banyak produk kecerdasan buatan generatif. Saya juga menulis postingan blog ((link unavailable)) tentang detail teknis "penggunaan wajar" dan mengapa saya percaya hal tersebut.
Untuk memberikan konteks: Saya bekerja di OpenAI selama hampir 4 tahun dan mengerjakan ChatGPT selama 1,5 tahun terakhir. Awalnya, saya tidak banyak tahu tentang hak cipta, penggunaan wajar, dll. Namun, saya menjadi penasaran setelah melihat banyak gugatan terhadap perusahaan GenAI. Ketika saya mencoba memahami masalah tersebut lebih baik, saya akhirnya menyimpulkan bahwa penggunaan wajar tampaknya tidak masuk akal sebagai pertahanan untuk banyak produk kecerdasan buatan generatif, karena alasan dasar bahwa mereka dapat menciptakan substitusi yang bersaing dengan data yang mereka latih.
Saya telah menulis alasan yang lebih rinci tentang mengapa saya percaya hal tersebut dalam postingan saya. Meskipun saya bukan pengacara, saya merasa penting bagi non-pengacara untuk memahami hukum - baik suratnya maupun alasan mengapa hukum tersebut ada.
Namun, saya tidak ingin ini dibaca sebagai kritik terhadap ChatGPT atau OpenAI, karena penggunaan wajar dan kecerdasan buatan generatif adalah isu yang lebih luas daripada produk atau perusahaan tertentu. Saya sangat mendorong peneliti ML untuk mempelajari lebih lanjut tentang hak cipta - ini adalah topik yang sangat penting, dan preseden yang sering dikutip seperti Google Books sebenarnya tidak sekuat yang terlihat. Silakan menghubungi saya jika ingin berdiskusi tentang penggunaan wajar, ML atau hak cipta - saya pikir ini adalah persimpangan yang sangat menarik. Alamat email saya ada di situs web pribadi saya.
Dan ini cuitan ke-4nya dalam satu thread yang sama:
Selain itu, karena saya melihat beberapa spekulasi yang tidak tepat: New York Times tidak menghubungi saya untuk artikel ini; Saya sendiri yang menghubungi mereka karena saya pikir saya memiliki perspektif menarik sebagai seseorang yang telah bekerja pada sistem ini sejak sebelum gelembung kecerdasan buatan generatif saat ini. Tidak ada hubungan antara ini dengan gugatan mereka terhadap OpenAI - Saya hanya berpikir mereka adalah surat kabar yang baik.
Yang menarik adalah komentar Elon Musk ketika merequote berita tentang kematian Suchir yaitu, "Hmmm..." dan hmmm-nya Musk itu membuat jagad X kemudian bergolak.Â
Apakah akan ada perkembangan menarik selanjutnya atau makin berkembang teori-teori konspirasi mengingat saat ini memang Open AI sedang menghadapi tuntutan hukum dari The Times dan 7 perusahaan surat kabar dan penerbitan lainnya di AS sana, mari kita tunggu.Â
Rest in peace Suchir Balaji.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H