Mohon tunggu...
Ge
Ge Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis/Sirosais

Suka menulis sirosa (puisi-prosa), cerpen yang liris, dan ilustrasi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Roh-roh Hujan Tak Bertuan

23 Februari 2014   18:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:33 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tes. tes. tes. menetes frasa-frasa lingua, bayang-bayang aksara sarat makna. menunggu.

menunggu, terlalu biasa. menyemai waktu tunggu dari bibit-bibit perselingkuhan janji. selusin waktu, berlalu, dalam diam jengah, terpekur. kukur melongok dari bubungan atap mengabarkan satu kata, tunda.

kupanggil roh-roh hujan tak bertuan! melajat dalam waktu yang berpijak kukuh di kelainya, tak mau ia mengalah seperempat titik saja dari sekian tunggakan keabadian.

kupanggil roh-roh hujan tak bertuan. diam dalam arwah-arwah mitologi dan keranda usang meranggas lengas. trenyuh.

penari-penari hujan pemanggil arwah-arwah titik air dan prajurit langit berdentumlah! siram aku dengan guyuran rima dan debur majas-majas asmara para perindu. mantra-mantra mandalika tua turunkan air pejalan jauh, saratkan mega-mega dengan reruntuhan langit.

panggilkan tuhan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun