AKU bukan pujangga. Semua orang tahu itu. Tapi mencintaimu adalah melebihi syair-syair merdu tanpa batas mereka. Jatuh cinta itu instan, tapi mencintaimu tidak pernah instan. Jika menurutmu aku pujangga kemarin sore, ketahuilah bahwa cinta yang berkibar-kibar ini bukan terjadi kemarin sore. Cinta ini berkibar-kibar sejak dulu. Sejak sebelum kita bertemu. Cinta ini bahkan sudah ada ketika kita belum lahir.
Dan yang namanya cinta itu tidak pernah memandang logis dan tidak logis. Cinta itu seperti semudah kamu membuka pintu di pagi hari dan matahari dengan cerianya akan masuk dengan hati berbunga. Dan cinta itu tidak serumit ketika kamu memilih sepatu di rak-rak toko, atau memilih jam tangan yang kamu sukai.Cinta itu serupa hujan yang menderas dan kamu menari-nari dan tertawa bersamanya. Cinta itu sederhana saja.
Cinta yang kudulang bersamamu tidak pernah menjadi fiksi. Seperti senjaku yang sama dengan senja musim semimu. Seperti musim semiku yang beranjak terbang bersama dengan putaran pirouettemu. Dan cinta yang terus berkibar itu tidak pernah berada dalam batas fisik dan imaji maya. Cintaku nyata, hadir, eksis dan bersemi sepanjang waktu, berlalu ke setiap detik ke menit, seperti detak jantung yang memainkan melodi rindu seirama dengan loncatan-loncatan gairah menggebu.
Aku bukan pujangga, tapi sekali mencinta akan terus membara. Dan ketahuilah, bahwa mencintaimu adalah sebuah jalan sunyi bagiku.
Dan cintaku terus berkibar-kibar. Padamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H