Selamat tinggal Alexandria. Sungguh, tidak pernah terpikirkan olehku bahwa akan pernah tercipta seribu kenangan dalam hidupku, tentang segala hal yang mengkoneksikan antara aku dan kamu. Kamu seperti kota seribu cahaya yang menyinari hidupku, yang menjadikan senja, langit dan hujan seperti seolah hidup dan berbicara.
Kamu adalah langit-langit terindah yang menjulang tinggi di angkasa, yang menularkan tentang keelokan rinai hujan. Kamu adalah senja-senja yang mempesona dengan lalu lalang burung di dalam barisan awan-awan yang berarak pelan. Kamu adalah pasir-pasir pantai yang menaburkan ribuan rindu di setiap kapal-kapal yang berlabuh. Kamu adalah serupa lukisan eksotis yang tak henti aku kagumi. Kamu adalah serupa udara pantai yang mengembuskan kesegaran dan silir-silir kebahagiaan yang menembus pori-pori tubuhku.
Dan kini, aku akan pergi meninggalkanmu sendiri di kota Alexandria, kota seribu kenangan. Aku ingin melihat dunia di luar sana. Menjelajahi sudut-sudut eksotis kota-kota di muka bumi ini. Dan seandainya aku rindu padamu, paling tidak aku masih bisa menatap senja dan matahari. Senja yang aku lihat dan matahari yang aku pandang adalah senja dan matahari yang sama seperti yang setiap kali kita bicarakan, di Alexandria.
Selamat tinggal Alexandria. Eksotisme mu sungguh menyihir dan tiada duanya. Tapi aku harus pergi. Dan kepergianku adalah untuk menyempurnakan cintaku. Padamu.
---
GA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H