BEKASI, 19 Juni 2019 President University menyelenggarakan acara pelepasan/inagurasi mahasiswa angkatan 2018 yang akan melaksanakan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM). Program ini bernama "Statespersonship Program" yang merupakan tugas akhir kolaborasi dari 4 mata kuliah umum yaitu Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Kewarganegaraan, dan Pancasila.
Tujuan diadakannya program ini adalah untuk mendorong mahasiswa agar dapat berkarya nyata di masyarakat dengan membawa apa yang sudah diajarkan di akademik. Program ini diharapkan dapat membantu mahasiswa menambah wawasan, keterampilan dan juga attitude atau perilaku mahasiswa di dunia nyata.
"Seperti yang anda ketahui, Indonesia memiliki banyak permasalahan sosial. Banyak permasalahan ekonomi, termasuk permasalahan politik dimana rekan-rekan harus terjun kesana untuk ikut menjadi bagian solusi. Bukan nambah masalah tapi mengurai masalah menjadi terpecahkan sehingga bangsa ini akan maju menjadi bangsa besar, bangsa yang berperaturan," ujar Dwi Larso, Wakil Rektor Bidang Akademik President University dalam pidato pembuka acara ini.
Selain inagurasi mahasiswa, acara ini pun dilengkapi dengan seminar bertema "Menyiapkan Kepemimpinan Nasional Melalui Pembelajaran StatePro Ditengah Masyarakat". Seminar ini dibawakan oleh Kolonel Tek Hikmat Zakky Almubaroq, S.PD, M.SI yang merupakan seorang Kepala Subdirektorat Pengembangan Pengkajian Deputi Bidang Pengkajian Strategi (Debidjianstrat) Lemhannas RI.
Tantangan Indonesia dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 ini mencakup tantangan global, regional maupun tantangan nasional. Salah satu tantangan nasional yang dihadapi Indonesia adalah maraknya tenaga kerja yang tidak terlatih. "Itu adalah tantangan para akademisi nanti kedepannya," ungkap Zakky Almubaroq.
Ia juga memaparkan model-model kepemimpinan seperti apa sajakah yang dibutuhkan di era 4.0. Pemimpin harus mampu dalam literasi data, literasi teknolgi, literasi SDM, dan kemampuan skenario. "Kemampuan scenario bukan kemampuan memprediksi, tapi justru kemampuan merancang," ungkapnya. Tetapi semua itu tidak cukup. Model kepemimpinan yang dibutuhkan demi mendukung ketahanan nasional adalah Kecerdasan Pancasila.
"Untuk menjadi pemimpin di Indonesia, kita itu mudah untuk berkomentar tetapi susah untuk melakukannya. Itu yang paling sulit. Indonesia terdiri dari ribuan pulau, suku bangsa dan sebagainya. Tidak bisa dipimpin oleh orang yang biasa-biasa saja. Harus orang yang punya kecerdasan Pancasila," tegasnya sebagai penutup.
Penulis: Fyrda Shafira
Editor: Amelia Nur Fauziah
Fotografer: Natasha Vischa dan Muhammad Hizrian Fajar