Sayangku,
Tak perlu kau bersusah-susah membeli pasak beton untuk menancapkan pondasi istana kita
Karena cukup dengan genggaman dua pasang tangan kita yang saling bertaut beserta bisikan teduhmu yg membuat kokoh istana ini dan melindunginya dari terpaan kencangnya angin dari segala penjuru
Tak perlu harus menunggu musim panen untuk kita berani mengucapkan ikrar di hadapan Sang Pencipta
Karena cukup dengan kesetiaan dan kasih kita mampu membuktikan bahwa berkahNya bagi kita memang sungguh pantas turun atas kita berdua
Tak perlu kau bawakan permadani indah untuk melapisi tempat kita berbaring berdua nanti malam
Karena cukup dengan kesungguhan dan tekad baja-mu untuk selalu memberiku keamanan yang penuh ditiap waktu senja-lah yang akan membuat tidurku selalu tenggelam dalam senyum kedamaian
Tak perlu kau membeli keranjang berjuntai permata untuk meletakkan bayi kita ini
Karena ia sungguh akan lelap dalam senyumnya ketika kau beri pelukan hangatmu di setiap waktu tidurnya tiba
Sayangku,
Sungguh hari-hari selalu kau habiskan hanya untuk berpikir yang tak penah aku dan anak kita benar-benar butuhkan
Mengapa sejuta yang kau kejar sedang cukup satu rupiah yang sudah cukup bisa membuat kami tersenyum bangga olehmu, karena disamping satu rupiah ada kehadiranmu yang mengusir kesepian kami
Mengapa kau kejar seekor kijang untuk santapan malam kita, sedangkan cukup dengan seekor ayam di belakang rumah saja sudah dapat menciptakan kemeriahan pesta kecil di istana kita ini
Mengapa api unggun yang demikian megahnya yang sibuk kau siapkan untuk menerangi istana mungil ini, sedangkan dengan satu lilin saja ditambah kehadiranmu ditengah-tengah kami sudah melebihi terang apapun cahaya di bumi ini
Sayangku,
Cepatlah bergegas menghampiri kami
Kami hanya butuh nafasmu yang menghembuskan semangat bagi hidup ini
Taruhlah sampanmu sejenak, istirahatkan badanmu karena kami butuh kehadiran sosokmu di tengah-tengah istana mungil ini
Ambillah kecapi tua di lemari depan itu, petiklah ia sepanjang hari ini karena sungguh kami merindukan alunan merdunya yang kau hasilkan dari jari jemarimu yang lari kian kemari melintasi tiap nada yang dimilikinya
Lepaskan topeng yang kau pakai itu, karena aku sungguh merindukan wajahmu yang dulu pernah memberiku siraman cinta yang tak pernah lekang oleh waktu
Bangunkan aku dari penantian panjangku, buatlah aku terjaga dari seribu malamku yang kosong tanpa mimpi, dan sambutlah aku kembali dari alam yang semalam tak kukenal itu
Sayangku,
Sejatinya hanya ada aku, kamu, dan istana mungil kita
Di setiap nafasku
Sepanjang hidupku
Tanpa-nya
Ternyata aku mati suri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H