Selamat Siang, setelah sekian lama tidak coret-coret di akun ini akhirnya pada siang ini saya tertarik untuk menulis artikel yang saya anggap cukup menarik. Sebenarnya ini hanya curhatan dan saduran cerita teman-teman di warung kopi. (Kejadiaannya pada beberapa waktu lalu).
Pada hari itu, Bapak Bupati Kab. Bone sedang memberikan arahan pada salah satu rapat musrembeng (tepatnya di Kab. Bone). Dalam sambutannya, pemegang pucuk pimpinan daerah itu memberikan statement tentang pengelolaan Dana Desa yang harus sesuai juknis dan transparan. Mungkin maksudnya menyampaikan bahwa seharusnya penggunaan dana desa tersebut harus betul-betul diawasi, namun selama ini tidak bisa dipungkiri kalau ada oknum LSM dan Pers (baca : oknum jurnalis) yang sering memanfaatkan ketidaktauan atau ketidakdisiplinan para kepala desa. Mereka (oknum) memeras kepala desa dengan berbagai macam cara agar dana desa tersebut di'split' masuk ke kantong oknum tersebut. Entahlah, mungkin dengan cara menakut-nakuti kepala desa dengan ancaman tidak prosedural, tidak transparan, tidak dialokasikan sesuai peruntukkannya. Kita pahamlah bagaimana mental sebagian kepala desa, takut di audit makanya agar tidak di mediakan mereka mencoba mengisi kantong para oknum jurnalis tersebut (simbiosis mutualisme).
Atas gambaran itulah, Bapak Bupati mewanti-wanti para kepala desa. Entah sengaja atau tidak, kata "LSM" dan "wartawan" itu keluar dari mulut sang pemimpin. "Mereka adalah musuh bagi kita jika ingin memperoleh keuntungan dari Dana Desa tersebut". Begitulah kira-kira gambaran (tidak sama persis) yang diungkapakan beliau sampai menuai kontroversi di pihak jurnalis dan LSM.
Karena di"tembak" secara general, maka beberapa hari kemudian para jurnalis dan LSM di daerah itu melakukan aksi. Mereka marah dan kecewa dengan pernyataan "musuh" yang ditujukan kepadanya. Al hasil, aksi yang berl;angbsung di depan Rujab menuntut kepada Bupati Kab. Bone untuk meluruskan pernyataannya dan meminta maaf kepada jurnalis dan LSM. (Entahlah bagaimana hasilnya).
Yang menarik sebenarnya dari alur kasus ini adalah
a. Pada kenyataannya memang ada oknum jurnalis dan LSM yang mengatasnamakan lembaganya untuk mengambil keuntungan dari Dana Desa
b. Pernyataan itu harusnya tidak bernada provokasi kepada kepala desa agar memusuhi pencari berita dan LSM
c. Pada saat setelah aksi berlangsung, ada beberapa jurnalis dan mungkin juga oknum LSM yang menerima tawaran untuk makan siang bersama humas Pemda di salah satu restoran (cukup mewah) di daerah tersebut.
Silakan menilai, dan saya kira simbiosis mutualisme yang baik adalah tanpa ada hak-hak lain yang terenggut.
Sofyan (Nimbrung ngopi bersama cerita-cerita update) :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H