Mohon tunggu...
Fransiskus Xaverius Ragil
Fransiskus Xaverius Ragil Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Hanya seorang Pengembara

Mencoba mencari, menemukan, mengerti, dan berdamai dengan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kota Tua

5 April 2022   10:10 Diperbarui: 5 April 2022   11:04 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba-tiba Harold berhenti pada sebuah patung Hermes dan memajukan sayap pada helm patung iu, yang ternyata dapat digerakan sampai terlihat terbuka seperti
sayap burung. Lalu ia menekan ujung tongkat yang dipegang patung itu, dan terdengar suara seperti pintu terbuka. Lalu Harold menyuruhku membantunya mendorong patung itu agar terlihat pintu rahasia yang ada di bawahnya, lalu kami memasukinya dan melihat lorong yang panjang yang mirip dengan lorong penjara. Kami berjalan sampai menemui suatu ruangan yang berisi cukup banyak kertas perencanaan, dan di samping itu membuat Adi terkejut karena berisi orang berlumuran darah di dalam sel penjara.

Harold berkata "Hah.... kasihan sekali orang itu, padahal bangsa ini dapat menjadi bangsa yang damai serta harmonis jika saja para penguasa tidak rakus dengan
kekuasaan." Adi berkata "Ya, saya sependapat dengan anda saya rasa tidak seharusnya mereka begitu, jika saja mereka dapat lebih mengerti dan saling belajar serta menguntungkan." Harold melanjutkan "Kau benar-benar orang yang unik, jika saja kau memiliki semangat yang lebih kau dapat menjadi lebih hebat."
Adi mengganguk dan merasa bahwa pernyataan Harold benar, saat Adi berbincang-bincang dengan Harold tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Mereka
melihat ada orang yang mengawasi mereka. Harold memberikan kode dan langsung  mengejarnya juga dengan Adi, tetapi pria yang mengawasi mereka juga langsung kabur.

Pria itu menuju suatu tangga yang ada di lorong itu, tetapi bukan pintu masuk yang pertama kali Harold dan Adi lewati. Harold yang ada di depan Adi dan hendak
menangkap pria itu, tetapi gagal lalu saat Adi mulai mendekati pria itu dari belakang Harold ia merasa pernah melihatnya, tetapi pria itu langsung keluar dari lorong itu. Adi menjawab karena merasakan getaran di atas "Harold, ada kereta yang lewat kita harus cepat sebelum ia naik kereta itu."

Harold menghitung waktu yang pas sambil menggunakan jam tua miliknya dan langsung memasuki kereta itu lewat gerbong paling belakang begitu juga Adi. Saat memasuki gerbong mereka langsung mencari pria itu, tetapi saat ketemu pria itu melakukan aksi yang tidak terduga ia melompat ke arah air laut. Harold dan Adipun mengikuti dari belakang sampai pria itu tertangkap pada tempat yang tidak ramai. Mereka membawa pria itu ke ruangan tersembunyi Harold yang ada di atas ruangannya, Adi tidak percaya karena itu merupakan ruangan pertama yang ia masuki di waktu ini.

Harold menginterogasi orang itu "Kenapa kamu membunuh calon pemimpin yang baik dan membuat banyak sekali perencanaan untuk membunuh penguasa yang lain."
Pria itu menjawab "Bukan aku, aku hanya mengikuti surat yang diberikan kepadaku bahwa kalian memenjarakan kaum kami."
Harold tidak mengerti bahasa yang dia gunakan, tetapi aku mengerti ia menggunakan bahasa apa yaitu bahasa Melayu. Adi menjelaskan segalanya dan Harold
dengan pria itu yang bernama Dimas saling mengerti. Lalu Harold hendak memberikan Adi sebuah jam yang dia lihat Harold tadi dan saat mereka berdiri dekat
jendela terdengar suara.
"Dor" ada suara tembakan yang mengenai Adi saat ia melindungi Dimas, Adi merasa sangat kesakitan dan kesadarannya menghilang. Ia sempat melihat orang jahat yang melakukan tembakan itu yaitu calon pemimpin satunya yang bersaing dengan calon pemimpin yang baik.
Kata terakhir Adi pada waktu itu adalah "Harold aku serahkan sisanya kepadamu."

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun