[caption caption="Burung blekok, seperti memakai bandana."][/caption](Tulisan ini sebetulnya adalah asal muasal dari cerita tentang anak bebek alias titit yang sudah saya tulis di Kompasiana)
Pagi sekali, kepalaku sudah ditimpuk kotoran burung. Kotoran itu jatuh dari atas rerimbunan pohon bambu yang dihinggapi oleh ratusan ekor burung blekok (Ardeola speciose). Saking banyaknya kotoran burung yang terjatuh, membuatku menarik topi ponco jaket. Untuk menghindari jatuhan kotoran itu, saya segera menuju sebuah mesjid yang sedang dibangun.
Entah apa yang menggerakkan saya menggerakkan roda motor ke kampung itu. Tiba-tiba saja Ahad malam (28/2/16) ada keinginan googling kawasan unik Bandung. Tak berapa lama mata saya terpikat dengan Kampung Blekok Rancabayawak. Seperti namanya, di kampung ini, kita bisa melihat burung-burung blekok yang terbang bebas dari satu pohon ke pohon lain. Biasanya saya melihatnya dikurung di kebun binatang.
[caption caption="Blekok dan perumahan, mana yang akan bertahan?"]
Gerbang biru berhiaskan kaligrafi basmalah yang dibentuk seperti burung blekok menyambut saya. Saya memasuki kawasan yang sejak 2005 sudah dijadikan kawasan konservasi lingkungan. Sesampainya di sana seorang pekerja mesjid menawarkan saya untuk melihat burung-burung itu di atap. Tak perlu berpikir lama, saya terima tawaran itu. Setelah melewati tangga besi yang terjal saya langsung bisa menikmati burung-burung blekok itu. Indah dan seru. Entah mengapa tiba-tiba air mata saya terurai.
[caption caption="Kuntul Kebo yang cantik di alam bebas"]
Tentu saja keberadaan tempat seperti Kampung Blekok ini mestinya menyadarkan kita akan pentingnya menjaga bumi kita. Burung-burung itu bukan tanpa makna diciptakan. Dalam proses kehidupan, Kuntul Kerbau dan Blekok adalah burung air yang memiliki fungsi ekologi penting di alam, seperti penyerbuk jenis-jenis tumbuhan dan pemangsa hama pertanian. Relasi kita dengan alam adalah relasi yang semestinya saling memberikan keuntungan, bukan relasi penindasan. Termasuk di Rancabayawak ini.
[caption caption="Kumpulan burung blekok di sarangnya"]
Pada musim penghujan, sering kali ada anak burung yang terjatuh dan kemudian dirawat di rumah-rumah penduduk. Ketika burung itu sudah sembuh, mereka dikembalikan ke pohon-pohon. Sering juga para penduduk membeli ikan-ikan hanya agar burung-burung blekok itu betah di sarangnya.
Saat ini, predator terbesar burung blekok ini adalah manusia. Para pemburu yang mencari burung sering berburu di sekitar kawasan. Padahal sudah ada larangan berburu di daerah itu dengan ancaman denda 5 juta, namun ancaman itu tidak mempan. Memang perlu kesadaran dan keseriusan lebih untuk mencegah agar surga terakhir burung blekok ini tidak musnah.
[caption caption="anak blekok yang dipelihara di rumah penduduk"]