Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi, Islam Rahmatan lil'alamin dan Pengungsi Sampang

16 Oktober 2014   20:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:45 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
jokowi di CFD (Dokpri)

[caption id="" align="aligncenter" width="560" caption="jokowi di CFD (Dokpri)"][/caption]

(Catatan : surat ini saya ikutkan lomba surat untuk jokowi)

Dengan asma-Nya Yang menjadi mula segala sesuatu

Shalawat dan kecintaan moga tercurah pada Nabi yang Rahmatan lil’alamin dan Keluarganya yang Suci

Kepada Yang Terhormat

Bapak Jokowi

di tempat

Assalaamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Apa kabar, Pak? Saya berharap Bapak baik-baik saja di tengah kesibukan yang menggunung. saya juga ingin mengucapkan selamat ulang tahun yang ke 53. Semoga di usia ini Bapak bisa semakin sukses dan menjadi presiden Indonesia.

Pak Jokowi, Bapak saya sering bilang bahwa kata umur dalam bahasa Arab itu bermakna monumen. Beliau sering mengatakan bahwa hidup kita akan dikenang kalau kita mempunyai karya yang monumental. Dalam peribahasa sering disebut “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama”. Saya yakin bapak paham bahwa manusia akan dinilai dari jejak dan nama yang ditinggalkan setelah matinya.  Bapak sudah banyak membuat “monumen-monumen” kebaikan yang akan sangat lama dikenang. Ketika Bapak sudah menjadi Presiden, saya berharap bahwa Bapak juga membuat “monumen-monumen” yang akan selalu dikenang dengan bangga oleh Bangsa Indonesia.

Masih dari Bapak saya, Pak Jokowi, mudah-mudahan Bapak tidak bosan membacanya. Beliau mengatakan jika kamu menempati sebuah tempat dan dalam waktu dua tahun tidak ada fitnah (cobaan) maka tinggalkan tempat itu. Karena itu tanda kamu tidak sukses. Namun jika dalam waktu dua tahun sudah muncul berbagai fitnah dan cobaan berarti di tempat itu kamu siap menuai sukses.

Belumlah genap dua tahun Bapak menjabat gubernur DKI dan banyak fitnah yang datang bagai ribuan anak panah yang lepas dari busurnya. Berdasarkan nasehat Bapak saya, artinya bapak punya jejak kesuksesan di situ. Sebetulnya saya ingin Bapak menyelesaikan pekerjaan di Jakarta. Namun Bapak sudah resmi menjadi calon presiden maka dari itu saya ingin kebaikan Bapak juga dinikmati oleh Bangsa ini.

Pak Jokowi, ketika Bapak mengatakan bagian dari Islam yang rahmatan lil’alamin, saya meneteskan air mata. Senang tercampur haru ketika Bapak menyatakan bukan bagian dari Islam yang suka mengkafirkan saudaranya. Bahkan sekarang, ketika saya menuliskan kata-kata Bapakpun saya masih meneteskan air mata. Betapa tidak Pak, Islam yang sekarang sering ditampakan adalah Islam dengan wajah bengis dan kasar. Suka mencela yang tak sepaham bahkan mengkafirkan. Islam yang ditampakan adalah Islam yang Rahmatan Lilmuslimin saja.

Bapak pasti tahu beberapa fatwa yang mengharamkan memilih bapak. Seakan Bapak adalah sesuatu yang haram seperti babi. Bahkan dalam kaca mata mereka Bapak lebih haram dari babi. Berbekal fatwa-fatwa itu, beberapa kawan mengultimatum pilihan saya.

Pak Jokowi, Apa yang saya terima tak sebanding dengan yang diterima oleh saudara-saudara saya Muslim Syiah dari sampang. Mereka terusir dari tanah di mana mereka hidup sejak lama. Mereka terancam tak bisa kembali ke kampung halamannya. Alasannya hanya karena mereka meyakini Islam yang berbeda dengan yang dipahami para kiyai di Madura. Karena beda paham, mereka dikafirkan dan diusir dari kampungnya. Korban jiwa juga jatuh karena kebengisan yang luar biasa itu Pak. Banyak anak kemudian menjadi yatim piatu karena orang tuanya meninggal pada saat itu.

Pak Jokowi, Ada kisah di pengungsian. Tentang Bujadin dan Istrinya. Mereka berdua dipisahkan dengan orang tua mereka yang sudah sangat renta di Sampang. Karena konflik ini, sudah berbulan-bulan mereka berpisah dari orang tuanya. Rindu dan duka mereka peram dalam hati yang juga rapuh. Hingga suatu saat datang kabar orang tuanya meninggal. Setelah berkeras meminta izin maka mereka diizinkan pulang. Ketika mereka melihat tubuh renta yang sudah kaku membujur, kesedihan membobol hati mereka. Kepiluan memalu godam hati kecil dua pengungsi ini hingga berkeping-keping. Ketidakadilan mengangkangi manusia-manusia sederhana ini. Ada yang menggilas rasa keadilan dan kemanusiaan di hati mereka, namun rakyat kecil seperti harus terbiasa diam memelihara penderitaan dengan patuh di negeri ini.

Pak Jokowi, itu hanya sebagian kecil penderitaan mereka. Masing sangat banyak kisah pilu nan sengsara di pengungsian. Saya berharap, ketika Bapak menjadi presiden di negeri yang berbhineka tunggal ika ini, mereka dikembalikan ke kampung halamannya dengan baik. Kata Nabi Muhammad saw yang pernah saya dengar dari Bapak saya, “Allah akan berbuat baik kebapa orang yang berbuat baik kepada manusia”. Bung Karno mengatakan “Orang tidak bisa mengabdi kepada Tuhan dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia. Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin.” Oleh karenanya saya berharap betul Bapak menolong pengungsi Sampang sebaik-baiknya.

Pak Jokowi, kita masih suka dengan Islam yang simbolik oleh karenanya tak mudah menegakan Islam yang rahmatan lil’alamin karena Islam rahmatan lil’alamin mungkin tidak berbaju syariat Islam tapi selaras dengan inti dari Islam itu sendiri. Saya suka dengan metafora Buya Syafii tentang Islam garam dan gincu. Islam rahmatan lil’alamin seperti garam tak terlihat tapi terasa.

Selamat berjuang Pak, selamat menegakan islam yang rahmatan lilalamin. Selamat menorehkan monument-monumen kemanusiaan. Sudah sangat lama kemanusiaan tersimpan di pojok laci para birokrat. Kini saatnya, kemanusiaan kembali menjadi hati nurani bangsa ini.

Pak Jokowi, saya selalu mendoakan Bapak untuk menjadi presiden Indonesia. Nanti kalau sudah jadi presiden dan bapak tidak melakukan keberpihakan kepada kemanusiaan, biarpun Bapak Presiden dengan barisan mentri dan tentara di belakang, Bapak akan saya tegur. Bukan karena benci Pak, tapi karena kecintaan kepada Bapak.

Wassalamu’alaikum

Bandung, 22 Juni 2014

Fajr Muchtar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun