Dalam sambutannya membuka Musyawarah Nasional Majelis Ulama Indonesia ke IX, Presiden jokowi mengatakan, “MUI sebagai pelopor umat tengahan agar melakukan reformasi internal dan reformasi diri dengan demikian MUI agar bisa tegak menjadi tenda besar sejati yang menaungi Islam moderat di tanah air, Islam yang tidak ekstrem, Islam yang penuh kelapangdadaan dimana selama ini terbukti bisa menjaga saling pengertian dan persaudaraan.”
Namun harapan Presiden itu sepertinya akan jauh panggang dari api, sebab Ketua MUI Jawa Timur mengeluarkan statemen yang berpotensi menjadi pemicu perpecahan di kalangan umat Islam. Kepada media Online KH Abdussomad Bukhori mengatakan, agenda Munas yang digelar 24-27 Agustus 2015 ini akan mengeluarkan sejumlah rekomendasi terkait syariat-syariat agar paham-paham merusak akidah tidak diberikan kesempatan berkembang di Indonesia. (sumber)
"Jangan sampai paham yang merusak akidah itu berkembang di Indonesia yang notabene mayoritas beragama Islam," kata Abdussomad, Sebagaimana saya kutip dari Okezone.com. Selasa (25/8/2015)
Saya tak perlu meraba-raba, ke mana kata-kata ketua MUI Jawa Timur itu diarahkan. Hidayatullah menyebutkan, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur itu meminta agar dalam forum Musyawarah Nasional (Munas) ke IX ini membahas tentang Syiah.
“Mumpung masih belum besar, maka ini harus dibonsai atau dilarang,” ujarnya kepada Hidayatullah.
Upaya ke arah “pembonsaian” Syiah semakin mengkristal dengan ketiadaan wakil Syiah di dalam Munas itu. Menurut info dari Ahlul Bait Indonesia (ABI), pada Munas ini terdapat tekanan yang kuat untuk tidak mengundang wakil dari Syiah. Padahal pada tahun 2005 dan 2010, wakil Syiah masih mendapat undangan.
Harapan saya sama dengan harapan Presiden agar MUI menjadi tenda besar umat Islam. Jangan sampai MUI ditunggangi oleh sekelompok kaum takfiri untuk membonsai yang tak sepaham dengan mereka lewat tuduhan sesat dan kafir.
Saya berharap MUI bisa mengikuti Muhammadiyah yang mengedepankan toleransi, kerukunan dan dialog sebagaimana tercantum dalam rekomendasi Muktamar sebagai berikut : Muhammadiyah mengajak umat Islam, khususnya warga Persyarikatan, untuk bersikap kritis dengan berusaha membendung perkembangan kelompok takfiri melalui pendekatan dialog, dakwah yang terbuka, mencerahkan, mencerdaskan, serta interkasi sosial yang santun.
Saya berharap MUI mampu memunculkan ruh Islam seperti yang disebut oleh Gus Mus, Islam yang damai, rukun, tidak mentang-mentang, dan yang rahmatan lil ‘alamin.
Kedamaian, kerukunan dan ketenangan perlu dipelihara di tengah masalah bangsa yang bertumpuk-tumpuk. Masih banyak PR besar yang mesti diselesaikan (Diantaranya adalah nasib pengungsi Muslim Syiah Sampang yang sampai saat ini masih belum menemukan titik terangnya). Ketimbang memupuk permusuhan toh lebih baik berlomba-lomba dalam membangun bangsa.