Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama featured

Aksi 212, Apa Selanjutnya?

2 Desember 2016   19:24 Diperbarui: 21 Februari 2017   15:49 5791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shalat Jumat di Monas (Foto Republika)

Saya mesti mengucap syukur bahwa Aksi Bela Islam Jilid III telah terselenggara dengan sangat baik, damai dan aman. Saya berharap Aksi Bela Islam jilid ke sekiannya, merambah pada isue isue yang menembus problem umat islam.

Memang Pertanyaan saya selanjutnya adalah, kemana energi positif ini diarahkan? Saya tentu tak berharap bahwa energi ini kemudian akan kembali diarahkan kepada hal-hal klasik dan menguras energi. Masih sangat banyak yang harus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan.

Menurut saya, yang pertama harus dilakukan adalah rekonsiliasi di kalangan kaum muslimin. Bukan rahasia lagi bahwa terjadi keretakan di kalangan kaum muslimin sendiri terkait dengan rivalitas madzhab. Genderang permusuhan sunni dan syiah begitu gencar ditiupkan seiring dengan bara panas di daerah Irak, Yaman dan Syiria.

Dalam elemen Bela Islam hari ini kita menyaksikan seluruh elemen madzhab hadir di sinii. Ada Sunni, Syiah, Wahabi dan elemes Islam lainnya. Yang anti maulid ngumpul dengan yang suka maulid. Yang menakjubkan, yang anti demo dan anti NKRI hadir juga. Kayaknya bisa disebut inilah paket islam secara lengkap. Marilah kita putuskan pertikaian sesama madzhab itu sampai di sini saja. Jangan buka lagi lahan berperang dengan saudara seiman yang tentu saja merugikan Islam sendiri.

Kedua, isue pimpinan muslim. Inilah saatnya bagi kaum muslimin untuk duduk bersama memikirkan dan memajukan calon presiden untuk 2019. Cari pemimpin dari kalangan islam itu ya jangan karena ngomong pro Islam lalu ramai ramai diusung. Bagi saya pemimpin Islam itu harus yang diciptakan sendiri dari rahim umat Islam. Dalam hal ini saya berharap banyak kepada NU dan Muhammadiyah untuk mengkader pemimpin bangsa dari garbanya, bukan ke Yusril, apalagi Ahmad Dani.

Saya pernah menuliskan bahwa ghirah umat Islam untuk dipimpin oleh sesama muslim itu sangat besar. Artinya, (calon) pemimpin muslim itu sudah punya modal yang besar. Tinggal buat prestasi gemilang yang dapat memikat semua orang. Toh kalau prestasinya benerang gemilang, (bukan hanya numpukin penghargaan saja), siapapun akan senang.

Oh iya satu lagi. PR besar umat Islam lainnya adalah masalah penanggalan Islam. Sudah 1400 lebih tahun kita ditinggal oleh Rasulullah dan sampai saat ini umat Islam belum bisa bersepakat menggunakan kalender hijriah model mana. Ayo lah, jangan sampai tiap menjelang Ramadhan kita ributkan lagi metode-metode penanggalan yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun