Mohon tunggu...
Fajr Muchtar
Fajr Muchtar Mohon Tunggu... Guru - Tukang Kebon

menulis itu artinya menyerap pengetahuan dan mengabarkannya https://www.youtube.com/c/LapakRumi

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Berbuka dengan yang Manis Vs Fakta yang Tak Lengkap

21 Mei 2019   16:22 Diperbarui: 22 Mei 2019   14:16 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
waspada penyesatan (dok: Kompi25)

"Berbukalah dengan yang manis" Sepenuhnya adalah "fakta" dan bukan mitos atau akal-akalan produsen. Faktanya, setelah sahur, simpanan gula dalam tubuh terus menipis dan tidak ada tambahan suply karena sedang puasa. Efek lemas, lelah dan ngantuk karena asupannya tak sebanyak biasanya. Untuk menggantikan energi yang hilang itulah kita butuh yang manis-manis.

Gula memang bisa jadi pilihan cepat meningkatkan kadar gula darah yang turun setelah seharian berpuasa. Artinya memang dianjurkan mengkonsumsi makanan atau minuman manis untuk memulihkan tenaga. Namun jika berlebihan dan tidak tepat maka konsumsi gula akan memberikan efek negative. Jika setelah berbuka terasa ngantuk dan lemas, bisa jadi dipengaruhi oleh pola konsumsi yang tak tepat.

Kurma memiliki kandungan gula dan serat yang baik buat berbuka (Dok: DetikNews)
Kurma memiliki kandungan gula dan serat yang baik buat berbuka (Dok: DetikNews)
Studi dari British Nutrition Foundation (BNF) seperti yang dikutip dari Kompas menyebutkan bahwa sebaiknya kita tidak mengonsumsi banyak makanan atau minuman manis dengan gula tambahan. Selain bisa bikin gula darah merosot drastis, asupan kalori dan gula yang terlalu banyak bisa membuat berat badan malah naik meski sedang berpuasa.

BNF malah menyarankan untuk mengkonsumsi pemanis alami yang terdapat dari buah-buahan. Selain mengandung gula yang bisa memulihkan kebugaran, buah-buahan juga mengandung serat dan nutrisi yang tinggi. Hal inilah sebetulnya yang diperlukan tubuh saat berbuka puasa. Di samping itu, serat buah-buahan mampu mengontrol melonjaknya gula darah dalam tubuh.

Jadi kesimpulannya, adalah bahwa saat berbuka tubuh perlu asupan manis-manisan yang tepat. bukan asal manis. Apalagi yang berasal dari gula pasir yang justru bisa mengakibatkan efek negatif. Alih-alih puasa itu untuk kesehatan malah mendapatkan penyakit karena konsumsi yang manis secara tidak tepat dan berlebih.

hanya gula rasa susu (Dok: Kaskus)
hanya gula rasa susu (Dok: Kaskus)
Lalu salahkah para produsen dan para pembuat iklan dengan menggunakan anggapan yang sudah umum ini? Tentu saja tak sepenuhnya salah mereka. Kita sebagai konsumen juga memiliki kesalahan yang tak kecil karena tak peduli dengan kesehatan, dan juga tak berusaha mencari informasi yang tepat.

Salah pengiklan itu karena memanfaatkan dan mengeksploitasi kekuranglengkapan pengetahuan masyarakat untuk menjual produk-produk mereka. Celah inilah yang dipergunakan untuk menggiring masyarakat membeli produk mereka. Apalagi yang manis-manis itu lebih disukai daripada yang pahit.

waspada penyesatan (dok: Kompi25)
waspada penyesatan (dok: Kompi25)
Contoh yang paling dekat dengan kita adalah kasus susu kental manis beberapa saat lalu. Hal ini sempat membuat heboh masyarakat yang akhirnya BPOM menegur produsen Susu Kental Manis (SKM). Pasalnya SKM membuat iklan yang menyesatkan. Dalam iklan yang dulu sering muncul ditampilkan bahwa segelas SKM ini setara dengan segelas susu. Padahal SKM ini sebenarnya hanyalah produk olahan dari gula dengan rasa susu atau sirup dengan rasa susu. Hampir mirip dengan fenomena berbuka dengan yang manis, produsen memanfaatkan ketidaktahuan dan ketidaklengkapan pengetahuan konsumen.

Dalam hal ini, konsumen sepenuhnya harus menyadari realitas dari sebuah iklan produk. Iklan produk memang disadari tujuannya adalah untuk mempengaruhi masyarakat. Makan menjadi penting bila konsumen mengambil posisi kritis atas iklan-iklan yang bertebaran di sekelilingnya.

Kesimpulan dari keseluruhan tulisan ini, bahwa "berbukalah dengan yang manis" adalah sebuah iklan yang berbalut dengan anjuran.

Salam hangat.

Sumber bacaan 1  sumber bacaan 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun